Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Tantangan Produsen Mobil Listrik China di Asia Tenggara: Realitas vs. Ambisi



loading…

Adopsi mobil listrik di Asia Tenggara diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran konsumen. Foto: BYD Indonesia

JAKARTA – Asia Tenggara, dengan populasi muda dan kelas menengah yang berkembang pesat, menjadi target pasar menggiurkan bagi produsen mobil listrik dunia, termasuk dari China.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mendobrak pasar otomotif di kawasan ini tidaklah mudah. Produsen mobil listrik China menghadapi sejumlah tantangan, mulai harga yang masih tinggi, infrastruktur pengisian daya terbatas, hingga persaingan dengan merek lokal yang kuat (di beberapa negara).

Harga dan Daya Beli Konsumen

Meskipun masyarakat Asia Tenggara semakin tertarik pada mobil listrik, harga yang masih relatif tinggi menjadi kendala utama. “Mungkin orang kaya lebih menyadari tentang mobil listrik, tetapi bukan orang biasa,” kata Hairayani, seorang guru sekolah di Jakarta kepada CNBC. “Ditambah lagi ada faktor harga dan kerumitan ekstra untuk menemukan stasiun pengisian daya.”

Infrastruktur Pengisian Daya

Ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang memadai juga menjadi faktor penting dalam adopsi mobil listrik.

Di banyak negara Asia Tenggara, infrastruktur pengisian daya masih terbatas dan tidak merata. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi calon pembeli mobil listrik tentang kemudahan dan kenyamanan dalam pengisian daya.

Persaingan dengan Merek Lokal

Di beberapa negara, produsen mobil listrik China juga harus bersaing dengan merek lokal yang lebih punya “merek”. Di Vietnam, misalnya, VinFast dengan jaringan stasiun pengisian daya yang luas dan harga yang kompetitif berhasil mendominasi pasar mobil listrik. Dari hampir 91.500 mobil listrik yang terjual di Vietnam tahun lalu, lebih dari 87.000 unit adalah model VinFast.

Keengganan terhadap Produk China

Meskipun mobil Jepang populer di Asia Tenggara, masih ada keengganan dari sebagian konsumen untuk membeli produk China, terutama di negara-negara yang memiliki sejarah ketegangan politik dengan China. “Orang-orang sedikit khawatir karena ini adalah merek China,” kata Dong Hai, seorang salesman di showroom Chery Automobile Co. di Hanoi.

Strategi Produsen Mobil Listrik China

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, produsen mobil listrik China tidak tinggal diam. Mereka melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penjualan dan mendobrak pasar Asia Tenggara, di antaranya:

1. Gencar beriklan: GAC Aion dan BYD aktif beriklan di berbagai media dan platform untuk meningkatkan kesadaran merek dan produk mereka.

2. Membangun fasilitas produksi lokal: BYD dan Chery Automobile berinvestasi dalam pembangunan pabrik di Indonesia dan Thailand untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing.

3. Menawarkan harga kompetitif: BYD meluncurkan beberapa model di Vietnam dengan harga mulai dari 659 juta dong (USD25.800) untuk menarik konsumen.

4. Produk yang Disesuaikan Pasar Lokal: BYD merilis M6, MPV listrik 7 seater untuk pasar Indonesia dengan harga Rp350 jutaan, yang terbukti disambut sangat positif.

Ron Zheng, mitra di konsultan global Roland Berger GmbH, menyatakan bahwa Asia Tenggara adalah pasar yang jauh lebih kompleks dibandingkan China. Produsen mobil China perlu menavigasi berbagai budaya, bahasa, dan sistem regulasi yang berbeda.

Meskipun demikian, Zheng optimis dengan masa depan mobil listrik di Asia Tenggara. “Tidak diragukan lagi mobil listrik pintar pada akhirnya akan menggantikan mobil bermesin pembakaran internal tradisional,” katanya.

Namun, dia memprediksi bahwa diperlukan waktu sekitar lima tahun dengan dukungan insentif dari pemerintah sebelum konsumen mulai beralih ke mobil listrik.

Produsen mobil listrik China menghadapi tantangan yang signifikan di Asia Tenggara. Namun, dengan strategi yang tepat dan inovasi yang berkelanjutan, mereka memiliki peluang untuk berhasil di pasar yang menggiurkan ini.

Adopsi mobil listrik di Asia Tenggara diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran konsumen, perkembangan infrastruktur pengisian daya, dan dukungan daripemerintah.

(dan)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *