Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sistem Kerja dan Teknologi Kereta IKN yang Dilaporkan Sering Mogok



loading…

Kereta Autonomous Rapid Transit (ART). FOTO/ DOK OTORITAS IKN

SAMARINDAKereta Autonomous Rapid Transit (ART) yang dioprasikan di Ibu Kota Nusantara dilaporkan sering mogok karena sistem otomatisnya gagal berfungsi. Lalu, bagaimana, asal usul dan teknologi di balik kendaraan tersebut?

Konon, kereta ini merupakan gabungan dari beberapa jenis transportasi seperti trem dan bus. Hal yang membuat kereta ini jadi unik adalah lintasannya. Kereta ART tidak melintas di atas rel, melainkan jalan biasa.

ART pertama kali dikembangkan di China, oleh badan usaha milik negara (BUMN) setempat yang bergerak di industri perkeretaapian, CRRC Corporation Limited.

Pada tahun 2017, ART diperkenalkan di kota Zhuzhou, Provinsi Hunan, sebagai bagian dari upaya Pemerintah China guna mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan meningkatkan efisiensi sistem transportasi publik.

Pembuatan ART berasal dari ide yang menggabungkan, antara elemen-elemen dari light rapid trasit (LRT) yang memiliki dua bagian kepala dan bus rapid transit (BRT) yang memiliki roda ban, dengan teknologi berbasis listrik dan otonom untuk menciptakan moda transportasi yang lebih fleksibel, efisien, dan ramah lingkungan.

Dengan memanfaatkan sensor canggih, ART dapat berjalan di jalan umum tanpa rel fisik, seperti pada kereta api tradisional. Hal ini menjadikan ART lebih mudah dan murah untuk diimplementasikan.

Cara bekerja kereta ART adalah dengan melintasi jalan biasa –sama seperti kendaraan lain misalnya mobil. Bedanya, ART ini memakai ban yang terbuat dari karet.

Lalu, jalan-jalan yang akan dilewati akan dilukis garis putih. Jadi, Autonomous Rail Rapid Transit hanya mengikuti ke mana garis tersebut mengarah.

Selain itu, Autonomous Rail Rapid Transit merupakan kereta listrik dengan panjang mencapai 30 meter. Menurut penciptanya, dapat digunakan untuk menempuh jarak lebih dari 40 kilometer.

Sistem navigasi otonom pada ART terdiri dari sensor LIDAR (light detection and ranging), radar, dan kamera untuk memindai lingkungan sekitar. Sistem tersebut memungkinkan ART dalam menghindari rintangan, berinteraksi dengan infrastruktur lalu lintas, dan menjalankan rute yang sudah diprogram tanpa campur tangan manusia.

Kemudian, sistem kendali elektronik pada ART, terintegrasi dalam mengatur kecepatan, pengeraman, dan arah. Sistem ini bekerja secara real-time untuk memastikan perjalanan yang aman dan nyaman bagi penumpang.

Lalu, ada juga teknologi komunikasi V2X pada ART yang membuat kendaraan ini mampu berkomunikasi dengan infrastruktur lalu lintas (vehicle-to-infrastructure/V2I), kendaraan lain (vehicle-to-vehicle/V2V), serta pejalan kaki (vehicle-to-pedestrian/V2P).

(wbs)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *