Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Mengapa Harga Bekas Mobil Listrik Bisa Anjlok Setengah Harga Hanya dalam Dua Tahun?



loading…

Pada akhirnya, anjloknya harga jual kembali mobil listrik adalah sebuah dilema terbesar di era elektrifikasi. Foto: Wuling Indonesia

JAKARTA – Di balik gemerlap promosi dan janji masa depan bebas emisi, sebuah “bom waktu” finansial yang mengerikan tengah berdetak di garasi para pemilik mobil listrik di Indonesia.

Fenomena anjloknya harga jual kembali—yang bisa mencapai separuh harga baru hanya dalam dua tahun—kini menjadi hantu paling menakutkan, sebuah dilema yang membuat banyak calon pembeli berpikir seribu kali sebelum beralih ke kendaraan listrik.

Ini bukan sekadar isu biasa. Ini adalah krisis kepercayaan yang berpotensi menghambat laju adopsi mobil listrik di Tanah Air.

Bayangkan, Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range yang dibeli dengan harga lebih dari Rp800 juta, dua tahun kemudian di pasar mobil bekas harganya terjun bebas ke kisaran Rp400 jutaan. Atau sebuah BYD Seal yang baru setahun dipakai, nilainya sudah tergerus hingga Rp200 jutaan.

Lantas, apa biang keladi di balik “pembantaian” nilai jual kembali ini? Jawabannya, ternyata, terletak pada komponen yang paling dibanggakan sekaligus paling ditakuti: baterai.

Jantung yang Menua dan Tak Bisa Dibohongi

Prof. Evvy Kartini, pendiri National Battery Research Institute (NBRI), mengungkap kebenaran yang pahit di balik fenomena ini. Menurutnya, kita harus berhenti melihat mobil listrik seperti mobil bensin. Ada satu perbedaan fundamental yang menjadi kunci dari semua masalah ini.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *