Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Diler Mobil China Dikorbankan Pabrikan dalam Perang Harga Berdarah



loading…

Salah satu mobil di diler mobil China. Pemilik diler teriak karena banyaknya mobil yang tidak laku. Foto: ist

CHINA – Di balik gemerlap angka penjualan mobil listrik China yang membanjiri dunia, tersimpan sebuah jeritan putus asa dari garis depan. Para diler mobil di seluruh negeri kini berada di ambang kehancuran, menjadi tumbal dalam perang harga brutal yang dikobarkan oleh para pabrikan raksasa.

Kamar Dagang Diler Mobil China (China Auto Dealers Chamber of Commerce) secara terbuka memohon agar para pabrikan berhenti “membuang” stok mobil yang tak terkendali ke gerai mereka. Ini bukan lagi sekadar kompetisi, tapi praktik mencekik yang mendorong para diler ke jurang kebangkrutan.

Permohonan ini muncul setelah kondisi para diler menjadi “semakin parah” akibat babak baru diskon gila-gilaan yang dimulai sejak kuartal kedua tahun ini. Mereka meminta agar pabrikan menetapkan target produksi dan penjualan yang masuk akal, dan berhenti memaksa diler untuk menimbun mobil yang sulit terjual.

Korban Pertama Telah Berjatuhan

Jeritan ini bukan tanpa bukti. Pekan lalu, sebuah jaringan diler besar mobil BYD di provinsi Shandong dilaporkan gulung tikar. Setidaknya 20 gerai mereka ditemukan kosong melompong atau ditutup. Sebuah pemandangan tragis yang menjadi simbol dari krisis yang lebih luas.

Kondisi ini dipicu oleh langkah agresif dari para pabrikan. BYD, misalnya, baru-baru ini membanting harga model termurahnya, Seagull, lebih dari 22%, dari harga mendekati USD10.000 menjadi hanya 55.800 yuan (sekitar Rp 125 jutaan).

Langkah ini, menurut para analis, adalah sinyal dari sebuah “titik kritis”, di mana para pemain yang lebih lemah—dalam hal ini para diler—tidak akan mampu lagi menanggung kerugian dari spiral harga yang terus menurun.

Buah Pahit dari ‘Kapasitas Berlebih’

Di balik perang harga ini, ada sebuah masalah yang lebih fundamental. Model ekonomi China, dengan subsidi negara yang masif ke sektor-sektor kunci seperti kendaraan listrik, telah menciptakan “investasi berlebih dan kapasitas berlebih”.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *