Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Bisa Tidur Ribuan Tahun Lalu Bangun Tiba-tiba!



loading…

Gunung Berapi dikategorikan tetap aktif walaupun diam selama ribuan tahun. Foto: ist

JAKARTA – Gunung berapi tidak beroperasi pada skala waktu manusia. Maksudnya, mereka bisa diam selama berabad-abad, hanya untuk bergemuruh kembali dengan letusan yang dahsyat.

Letusan mereka dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan hingga tahunan. Dan seringkali sulit untuk diprediksi berapa lama suatu peristiwa akan berlangsung.

Secara resmi, ahli vulkanologi mendefinisikan gunung berapi aktif jika telah meletus selama Epoch Holosen, yang dimulai 11.700 tahun yang lalu pada akhir zaman es terakhir.

Nah, gunung berapi yang belum meletus di Holosen dianggap punah.

“Perbedaan berdasarkan skala waktu geologis ini bisa diperdebatkan,” beber Ben Kennedy, ahli vulkanologi di Universitas Canterbury di Selandia Baru, kepada Live Science.

Gunung berapi tidak tahu atau peduli kapan Holosen dimulai. Tetapi ada alasan fisik yang bagus untuk menganggap gunung berapi punah setelah diam selama lebih dari 11.000 tahun, kata Kennedy.

Periode waktu itu “mungkin kira-kira pada skala waktu yang sama seperti Anda dapat menyimpan dapur magma di bawah tanah yang diisi dengan beberapa cairan di dalamnya yang dapat meletus,” katanya.

Setelah bertahun-tahun, sebagian besar dapur magma dan pipa vulkanik yang menyuplainya akan mengkristal menjadi batuan padat, katanya, membuat mereka tidak mampu meletus.

Namun, ada pengecualian: “supervolcano” yang sangat besar dengan dapur magma raksasa. Ini seringkali merupakan sistem vulkanik aktif yang jelas yang belum meletus di Holosen.

Kaldera Yellowstone, misalnya, memiliki magma yang bergerak di bawahnya, menyebabkan gempa bumi kecil dan memanaskan banyak sumber air panas dan geyser. Tetapi letusan aktif terakhir adalah 70.000 tahun yang lalu, menurut Survei Geologi AS.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *