Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sudah Saatnya Jadi Raja Tandang, Bukan Cuma Jago Kandang!



loading…

Label jago kandang ini tak lagi cukup untuk membawa Timnas Indonesia melangkah ke panggung Piala Dunia / Foto: Timnas Indonesia

Gemuruh Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) memang selalu istimewa. Puluhan ribu suporter setia Timnas Indonesia kerap jadi momok menakutkan bagi tim lawan, menjadikan Indonesia kekuatan yang dihormati di kandang sendiri.

Namun, label jago kandang ini tak lagi cukup untuk membawa Timnas Indonesia melangkah ke panggung Piala Dunia . Tim besutan Patrick Kluivert harus berani menghadapi kenyataan bahwa kemenangan kandang seringkali hanya menjadi pelipur lara atas kegagalan di laga tandang.

Ironisnya, saat tim-tim besar dunia dan Asia mampu mencuri poin bahkan kemenangan di mana pun mereka bermain, Timnas Indonesia masih menunjukkan performa yang berbeda jauh saat berlaga di markas lawan. Tekanan suporter, perbedaan cuaca, hingga adaptasi lapangan kerap menjadi tantangan yang tak mampu diatasi.

Baca Juga: Lupakan Aib Kekalahan Timnas Indonesia 0-6 dari Jepang, Patrick Kluivert: Fokus Babak 4

Rekor Pahit di Jepang Jadi Alarm Keras

Pukulan telak terbaru datang dari Suita City Stadium, Jepang, pada Selasa (10/6/2025). Dalam laga penutup Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Skuad Garuda dibantai 0-6 oleh Samurai Biru. Ini bukan hanya kekalahan biasa, melainkan kekalahan terbesar Timnas Indonesia di babak kualifikasi, menyoroti jurang kualitas yang masih menganga lebar.

Pengamat sepak bola, Haris Pardede, atau akrab disapa Bung Harpa, tak segan melontarkan kritik pedas. “Yang pasti menghadapi Jepang kita benar-benar kalah total, bukan soal skor, bukan juga soal hasil akhir yang membuat semua orang kecewa tapi bagaimana segala lini dikunci oleh Jepang,” ujarnya dikutip dari akun YouTube pribadinya.

Bung Harpa menambahkan, kualitas permainan Timnas terlihat sangat jelas dalam pertandingan ini, bukan hanya soal individu seperti yang mungkin disebut Patrick Kluivert, tapi juga kekompakan tim. Meskipun Jepang menurunkan pemain lapis kedua, mereka tetap menunjukkan kualitas kelas atas karena para pemain tersebut termotivasi untuk dilirik pelatih demi tempat di Piala Dunia 2026.

Baca Juga: Kemenangan Palestina Dirampok! Penalti Kontroversial Hancurkan Mimpi ke Piala Dunia 2026



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *