Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sejarah Iga Swiatek Juara Wimbledon 2025, Pecahkan Rekor 114 Tahun



loading…

LONDON – Petenis asal Polandia, Iga Swiatek , tampil dominan dan mencatatkan sejarah baru usai menaklukkan Amanda Anisimova dengan skor telak 6-0, 6-0 di final Wimbledon 2025, Sabtu (12/7) malam WIB. Pertandingan yang berlangsung di All England Lawn Tennis and Croquet Club itu hanya memakan waktu 57 menit.

Kemenangan tanpa perlawanan berarti ini menjadikan Swiatek sebagai petenis wanita pertama sejak 1911—atau 114 tahun silam—yang meraih gelar Wimbledon tanpa kehilangan satu gim pun di partai final.

Swiatek yang merupakan unggulan ke-8 bermain sangat solid sepanjang turnamen, bahkan hanya kehilangan satu set dalam perjalanannya ke babak puncak.

Baca Juga: Mengenal Pacu Jalur, Olahraga Tradisional Riau yang Mendunia

Sementara lawannya, Anisimova, unggulan ke-13 asal Amerika Serikat, tidak mampu mengimbangi tekanan permainan Swiatek, meski sebelumnya tampil impresif dengan menyingkirkan Aryna Sabalenka di semifinal.

Swiatek kini menjadi petenis kedua di era Open yang berhasil menuntaskan laga final Grand Slam dengan skor double bagel (6-0, 6-0). Prestasi serupa terakhir kali ditorehkan oleh legenda Jerman, Steffi Graf, saat mengalahkan Natalia Zvereva di final French Open 1988.

Di set pertama, Anisimova hanya meraih enam poin dari servisnya sendiri dan mencatat 14 unforced error. Set kedua tak banyak berbeda. Tekanan demi tekanan dari Swiatek membuat Anisimova kembali kehilangan ritme permainan. Satu kesalahan double fault dan pukulan backhand ke net membuat peluangnya semakin menipis.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *