Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Potret Timnas Indonesia U-20 Berhadapan dengan Diego Maradona



loading…

Potret pertemuan Timnas Indonesia vs Maradona bukan hanya sekadar gambar, namun sebuah kapsul waktu yang menyimpan decak kagum, inspirasi, dan jejak interaksi antara talenta muda Indonesia dengan sang legenda Argentina / Foto: Masahide Tomikoshi/ Tomikosh

Sebuah momen langka dan tak terlupakan dalam sejarah sepak bola Indonesia terukir ketika Timnas Indonesia U-20 mendapatkan kehormatan untuk berhadapan langsung dengan salah satu pemain terhebat sepanjang masa, Diego Armando Maradona . Potret pertemuan ini bukan hanya sekadar gambar, namun sebuah kapsul waktu yang menyimpan decak kagum, inspirasi, dan jejak interaksi antara talenta muda Indonesia dengan sang legenda Argentina.

Pertemuan ini terjadi pada Kejuaraan Dunia Remaja FIFA 1979 (sekarang disebut Piala Dunia U-20). Para pemain muda Indonesia saat itu mendapatkan kesempatan emas untuk berbagi lapangan dengan sosok yang namanya telah menjadi sinonim dengan keajaiban sepak bola, yakni Maradona.

Meskipun saat itu nama Maradona muda (18 tahun dan 9 bulan), belum setenar sekarang, namun aksinya di lapangan hijau telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Pada babak penyisihan grup, Indonesia menderita kekalahan telak 0-5.

Dalam salah satu foto ikonik, Anda bahkan dapat melihat pemain Indonesia Nus Lengkoan, Mundari Karya, dan Didik Maryadi berhadapan langsung dengan Maradona di lapangan. Momen ikonik ini diabadikan oleh fotografer handal Masahide Tomikoshi/ Tomikoshi.

Potret ini juga menjadi pengingat akan besarnya pengaruh sepak bola sebagai bahasa universal yang mampu menjembatani perbedaan budaya dan generasi. Di lapangan hijau, tidak ada batasan usia atau kebangsaan.

Yang ada hanyalah kecintaan pada bola dan respek terhadap kemampuan. Lebih dari sekadar kenangan visual, pertemuan Timnas Indonesia U-20 dengan Diego Maradona ini adalah simbol dari mimpi dan harapan.

Mimpi para pemain muda untuk mengikuti jejak sang legenda, untuk mengukir prestasi di dunia sepak bola. Harapan para pecinta sepak bola Indonesia untuk melihat generasi penerus yang mampu mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Kini, ketika Maradona telah tiada, potret ini semakin memiliki makna yang mendalam. Ia menjadi warisan berharga yang mengingatkan kita pada momen ketika Indonesia bersentuhan dengan kebesaran sepak bola. Sebuah cerita yang akan terus diceritakan dan diwariskan kepada generasi-generasi mendatang, menginspirasi mereka untuk terus bermimpi dan mengejar cita-cita di lapangan hijau.

Sekadar informasi, pada Piala Dunia U-20 1979, Maradona tak hanya sukses membawa Argentina juara dengan mengalahkan Uni Soviet 3-1 di final. Ia juga berhasil membawa pulang trofi pemain terbaik di turnamen tersebut dengan mengoleksi enam gol. Sementara rekan setimnya Ramon Diaz membawa pulang trofi top skor setelah mengoleksi delapan gol.

(yov)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *