Model Tuan Rumah Bersama PON XXI Aceh-Sumut 2024 Diapresiasi, Rektor Unesa Beri Catatan



loading…

Model Tuan Rumah Bersama PON XXI Aceh-Sumut 2024 Diapresiasi, Rektor Unesa Beri Catatan

Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurhasan, menyampaikan bahwa pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumatera Utara (Sumut) berjalan dengan lancar. Meskipun ada beberapa catatan selama event olahraga tingkat nasional itu berlangsung.

“Pelaksanaan PON XXI/2024 di Aceh-Sumut baru saja selesai dan menurut saya, acara tersebut secara umum berjalan dengan lancar. PON ini memperlihatkan sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat dalam mendukung event olahraga nasional terbesar di Indonesia,” ucap Hasan, panggilan akrab Nurhasan, Kamis (3/10/2024).

“Banyak prestasi baru yang dicapai oleh para atlet, dan ini menunjukkan kemajuan dalam dunia olahraga Indonesia,” ujarnya.

Hasan mengakui, banyak kritik dan catatan dalam penyelenggaraan PON di dua provinsi itu. Salah satu yang harus segera diselesaikan adalah soal standar minimal sarana dan prasarana.

“Namun, masih ada beberapa catatan penting terkait penyelenggaraan, terutama dalam hal fasilitas dan infrastruktur yang perlu ditingkatkan untuk mendukung kenyamanan para atlet dan penonton. Standar minimal sarana dan prasarana utama serta pendukung perlu dibuat dan dievaluasi oleh PB PON,” katanya.

Selain itu, Hasan pun menyambut baik soal PON diadakan di dua provinsi. Diketahui, PON XXI Aceh Sumut merupakan PON pertama dengan dua tuan rumah.

“Penunjukan lebih dari satu provinsi sebagai tuan rumah PON XXI/2024 adalah langkah yang inovatif dan positif. Dengan menggabungkan dua provinsi, beban penyelenggaraan dapat dibagi, sehingga masing-masing provinsi dapat fokus pada cabang olahraga tertentu,” katanya.

Selain memperkuat kerjasama antar daerah, dua tuan rumah dapat mempercepat pembangunan keolahragaan di provinsi tersebut. Tapi ada tantangan dalam model dua tuan ruma itu.

“Tantangan terbesar dari model ini adalah koordinasi antara provinsi dan distribusi sumber daya yang adil. Jika koordinasinya baik, model ini bisa menjadi solusi efektif untuk PON di masa depan. Beberapa masalah teknis seperti transportasi antar venue dan sinkronisasi jadwal pertandingan di kedua lokasi sempat muncul, meskipun akhirnya dapat diatasi, ujarnya.

“Selain itu, jarak antar kota tuan rumah yang cukup jauh juga mempengaruhi efisiensi pergerakan atlet dan ofisial,” katanya.

Hasan optimis model dua tuan rumah memiliki potensi untuk dikembangkan. Belajar dari PON Aceh Sumut, PON XXII 2028 di NTB dan NTT perlu lebih baik persiapannya.

“Secara keseluruhan, konsep tuan rumah bersama ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan, dengan catatan bahwa perencanaan dan koordinasi harus lebih matang agar penyelenggaraan di masa depan dapat lebih lancar dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi semua pihak,” ujarnya.

(sto)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *