Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kekalahan Islam Makhachev yang Menodai Rekor Tak Terkalahkan



loading…

Kekalahan Islam Makhachev yang Menodai Rekor Tak Terkalahkan. Foto: bloodyelbow.com

Islam Makhachev dikenal sebagai petarung paling dominan di divisi lightweight UFC saat ini. Dengan 14 kemenangan beruntun dan tiga kali mempertahankan gelar juara, ia bahkan disebut sebagai petarung pound-for-pound terbaik oleh Presiden UFC Dana White. Namun di balik kejayaan itu, ada satu noda lama yang masih membayanginya—kekalahan telak pada tahun 2015.

Pada UFC 192 , Makhachev harus menerima kekalahan pertama dan satu-satunya dalam kariernya. Lawannya saat itu adalah Adriano Martins, petarung asal Brasil. Pertarungan berlangsung singkat—hanya butuh 1 menit 46 detik bagi Martins untuk menjatuhkan Makhachev lewat pukulan counter mematikan, setelah Makhachev melakukan overhand kanan yang terlalu terbuka dan ceroboh.

Ironisnya, meski berhasil mengalahkan Makhachev, karier Martins justru tak berkembang. Setelah kemenangan besar itu, ia kalah dalam beberapa pertarungan berikutnya dan akhirnya keluar dari UFC. Ia sempat mengalami lima kekalahan beruntun sebelum kembali menang pada 2024 lewat keputusan split di ajang Kongs FC, sembilan tahun sejak kemenangannya atas Makhachev.

Sebaliknya, Makhachev belajar dari kesalahan tersebut dan bangkit lebih kuat. Ia tumbuh menjadi petarung komplet, dikenal dengan kombinasi teknik gulat Dagestan dan striking yang makin matang. Kekalahan dari Martins menjadi titik balik yang membentuk Makhachev menjadi juara sejati—meski catatan itu tetap menjadi satu-satunya “luka” dalam rekor profesionalnya.

Jalan Islam Makhachev Menuju Gelar Kedua!

Islam Makhachev tengah berada di persimpangan antara persahabatan dan ambisi. Sebagai penguasa divisi lightweight UFC, Makhachev telah menunjukkan dominasi, termasuk dua kemenangan atas Alexander Volkanovski. Namun, impiannya untuk merebut sabuk kedua di kelas welter terhalang oleh persahabatannya dengan juara bertahan saat ini, Belal Muhammad. Keduanya menjalin hubungan erat, membuat Makhachev sulit mengambil langkah menuju divisi yang lebih berat.

Sementara itu, Belal Muhammad akan segera menghadapi penantang kuat, Jack Della Maddalena, pada UFC 315. Petarung asal Australia ini sedang naik daun dengan 17 kemenangan beruntun dan belum terkalahkan di UFC. Della Maddalena bahkan menyebut duel melawan Makhachev sebagai pertarungan impiannya, jika ia berhasil merebut sabuk kelas welter dari Muhammad. Pertarungan ini memiliki nilai emosional tersendiri karena ia juga ingin membalas kekalahan rekan senegaranya, Volkanovski, dari Makhachev.

Jika Della Maddalena sukses mengalahkan Muhammad, jalan bagi Makhachev menuju gelar kedua mungkin terbuka lebar. Namun, semua tergantung pada restu dari Belal Muhammad. Duel antara Makhachev dan Della Maddalena bisa menjadi pertarungan penuh gengsi dan rivalitas, membawa dimensi baru dalam perebutan gelar UFC di kelas welter.

(sto)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *