Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Junaidi Abdillah, Legenda Sepak Bola Indonesia Meninggal Dunia



loading…

Dunia sepak bola Indonesia berduka. Mantan gelandang legendaris tim nasional, Junaidi Abdillah, meninggal dunia pada Sabtu (8/3/2025) siang WIB / Foto: Ilustrasi

Dunia sepak bola Indonesia berduka. Mantan gelandang legendaris tim nasional, Junaidi Abdillah, meninggal dunia pada Sabtu (8/3/2025) siang WIB. Kabar duka ini menjadi kehilangan besar bagi sepak bola Tanah Air.

Menurut informasi, Junaidi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP), Jakarta, sekitar pukul 13.00 WIB. Junaidi dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia.

Lahir di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 21 Februari 1948, Junaidi menimba ilmu sepak bola di Diklat Salatiga. Pada tahun 1967, ia bergabung dengan Timnas Indonesia junior bersama Oyong Liza dan Sartono Anwar. Ketiganya berhasil membawa tim melaju ke final Piala Asia Junior, meski harus puas menjadi runner-up setelah dikalahkan Israel Junior.

Penampilan gemilang Junaidi membawanya ke tim senior Indonesia. Ia langsung mempersembahkan gelar juara King’s Cup 1968 di Thailand dan Piala Merdeka 1969 di Malaysia. Catatan impresif ini mengantarkan Junaidi menjadi bagian dari pelatihan nasional jangka panjang di bawah arahan pelatih Wiel Coerver.

Selama pelatihan, Junaidi berkesempatan menghadapi tim-tim Eropa seperti Ajax Amsterdam dan Manchester United. Performa konsistennya menarik minat klub Belanda, Go Ahead Eagles, yang disampaikan langsung oleh Wiel Coerver. Namun, karena berbagai alasan, Junaidi tidak pernah hijrah ke Eropa. Ia tetap bersinar bersama klub-klub lokal seperti Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya.

Kepergian Junaidi Abdillah meninggalkan duka mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia. Kontribusinya bagi tim nasional dan klub-klub yang dibelanya akan selalu dikenang. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

(yov)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *