Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Jejak Amerika Serikat saat Jadi Tuan Rumah Olahraga yang Repotkan Negara Peserta



loading…

Keberhasilan Iran memunculkan kembali pertanyaan krusial mengenai kelayakan Amerika Serikat sebagai salah satu tuan rumah turnamen akbar tersebut, bersama Kanada dan Meksiko / Foto: The Haitian Times

Lolosnya Iran ke Piala Dunia 2026, menyusul kemenangan atas Uni Emirat Arab dan hasil imbang kontra Uzbekistan, seharusnya menjadi momen sukacita bagi para penggemar sepak bola di negara tersebut. Namun, keberhasilan ini justru memunculkan kembali pertanyaan krusial mengenai kelayakan Amerika Serikat sebagai salah satu tuan rumah turnamen akbar tersebut, bersama Kanada dan Meksiko.

Sebuah laporan dari New York Times dikutip dari Morning Star, Sabtu (29/3/2025), mengungkapkan bahwa pemerintahan Donald Trump mengusulkan larangan perjalanan baru yang menyasar 43 negara. Ironisnya, Iran termasuk dalam daftar tersebut, bersama dengan calon peserta Piala Dunia lainnya seperti Sudan dan Venezuela.

Negara-negara ini berpotensi menghadapi penangguhan visa penuh, yang secara efektif melarang warga negara mereka memasuki AS. Tak hanya itu, Iran masih tercatat dalam daftar Negara Sponsor Terorisme versi pemerintah AS, bersama Kuba, Korea Utara, dan Suriah.

Kondisi ini tentu akan mempersulit proses pengajuan visa bagi para penggemar, media, pemain, dan staf timnas Iran, bahkan berpotensi menggagalkan partisipasi Iran di Piala Dunia 2026, yang sebagian besar babak gugurnya akan dihelat di AS.

Lebih lanjut, daftar usulan pembatasan visa Donald Trump juga mencakup negara-negara calon peserta Piala Dunia lainnya seperti Burkina Faso, Haiti, Benin, Tanjung Verde, Liberia, Kongo DR dan Kamerun. Setidaknya satu negara lagi dari daftar 43 negara ini berpeluang lolos ke putaran final.

Sementara itu, dalam laporan dari Guardian AS menyebutkan bahwa FIFA mungkin merekayasa undian agar satu tempat non-tuan rumah memainkan seluruh pertandingan grupnya di luar Amerika Serikat. Opsi ini bisa saja diberikan kepada Iran, namun langkah tersebut akan mencederai integritas kompetisi dan kemungkinan besar bukan hanya Iran yang akan menghadapi masalah serupa.

Situasi ini kian memperkuat keraguan mengenai kesiapan Amerika Serikat untuk menyambut pengunjung dari seluruh dunia dan menyelenggarakan festival olahraga global sebesar Piala Dunia. Sorotan dunia olahraga akan tertuju pada AS dalam beberapa tahun ke depan, mengingat negara ini juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2028.

Bukan Masalah Baru

Masalah visa bagi partisipan acara olahraga di AS bukanlah isu baru dan tidak terbatas pada pemerintahan Donald Trump, meskipun situasinya tampak memburuk sejak ia kembali menjabat. Amerika Serikat memang dikenal sebagai destinasi yang rumit terkait masalah imigrasi dalam konteks olahraga.

Sebelumnya, kendala visa sering dialami oleh tim nasional dan klub dari kawasan Amerika Tengah dan Karibia yang berlaga di kompetisi kontinental di AS. Pembatalan pertandingan Liga Champions Concacaf (kini Piala Champions), tim yang bermain dengan skuad minim, hingga pengunduran diri dari kompetisi akibat masalah visa telah menjadi catatan kelam.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *