Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Deontay Wilder Kapok Pukul KO Robert Helenius, Terkenang Kisah Petinju Lumpuh Seumur Hidup



loading…

Deontay Wilder Kapok Pukul KO Robert Helenius, Terkenang Kisah Petinju Lumpuh Seumur Hidup

Deontay Wilder , mantan juara dunia tinju kelas berat, menunjukkan sisi emosionalnya yang jarang terlihat setelah kemenangan knockout spektakuler atas Robert Helenius pada 2022. Alih-alih larut dalam euforia kemenangan, Wilder justru menangis di konferensi pers, mengingat dampak fatal olahraga tinju bagi beberapa petinju, termasuk kisah tragis Prichard Colon.

Dalam laga comeback-nya setelah dua kekalahan beruntun dari Tyson Fury , Wilder tampil gemilang dengan menjatuhkan Helenius di ronde pertama. Namun, kemenangan itu membawa perasaan campur aduk bagi Wilder.

Dalam konferensi pers, Wilder mengungkapkan kekhawatirannya tentang dampak olahraga ini pada lawan-lawannya. Ia secara khusus menyinggung nasib Prichard Colon, petinju yang lumpuh seumur hidup karena mengalami cedera otak parah pada 2015 dan harus menjalani hidup dengan perawatan intensif.

“Ini kemenangan luar biasa, sejarah tercipta, tapi berapa besar penderitaan yang harus ditanggung lawan saya?” ucap Wilder dengan suara bergetar. Ia menambahkan, “Prichard Colon tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Itu adalah anugerah terindah di dunia, tapi dia tidak akan pernah memilikinya. Dia masuk ring untuk menghidupi keluarganya, tapi sekarang keluarganya harus merawatnya seumur hidup.”

Keesokan harinya, Wilder menunjukkan empatinya dengan mengunjungi Helenius di hotel tempat lawannya menginap. Dalam momen yang terekam kamera, Wilder memeluk Helenius sambil berkata, “Kamu baik-baik saja? Maafkan aku.” Helenius, dengan tenang, menjawab, “Jangan minta maaf.”

Momen tersebut menggambarkan sisi kemanusiaan Wilder yang kontras dengan reputasinya sebagai petinju dengan pukulan terkuat di dunia.

Sejak kemenangan tersebut, Wilder mengalami perubahan signifikan dalam kariernya. Ia bertarung dua kali setelahnya, tetapi kalah dalam kedua laga tersebut, masing-masing melawan Joseph Parker dan Zhilei Zhang. Transformasi emosional ini menunjukkan bahwa Wilder kini lebih menyadari risiko besar yang melekat pada olahraga tinju.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa tinju bukan hanya soal kemenangan dan rekor, tetapi juga tentang kehidupan manusia yang terlibat di dalamnya. Wilder kini menjadi suara bagi kemanusiaan dalam olahraga penuh risiko ini, membuktikan bahwa bahkan petinju terkuat pun memiliki hati yang peduli.

(sto)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *