Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

3 Kehebatan George Foreman hingga Menjelma Juara Kelas Berat Tertua



loading…

George Foreman , salah satu legenda terbesar tinju dunia, mengukir sejarah sebagai juara dunia kelas berat tertua. Prestasi luar biasa ini diraihnya di usia 45 tahun pada 1994, ketika ia mengalahkan Michael Moorer dalam sebuah laga epik. Berikut tiga kehebatan George Foreman yang membawanya pada pencapaian fenomenal tersebut:

1. Kekuatan Pukulan yang Luar Biasa

Foreman dikenal memiliki kekuatan pukulan yang dahsyat, bahkan saat usianya tak lagi muda. Dalam pertarungan melawan Michael Moorer, Foreman menunjukkan ketangguhannya selama sembilan ronde meskipun kalah di penilaian juri. Namun, pada ronde ke-10, ia melepaskan pukulan straight kanan yang luar biasa kuat hingga membuat Moorer terkapar di atas kanvas. Moorer berusaha bangkit, tetapi gagal melanjutkan pertarungan. Kemenangan ini tak hanya mengukuhkan gelar juara dunia, tetapi juga membuktikan bahwa kekuatan pukulan Foreman tetap menjadi senjata andalannya.

2. Tekad Baja untuk Bangkit

Foreman adalah simbol dari semangat pantang menyerah. Sebelumnya, ia pernah mengalami kekalahan legendaris dari Muhammad Ali dalam pertarungan The Rumble in the Jungle pada 1974. Kekalahan tersebut sempat membuatnya pensiun pada 1977. Namun, pada 1987, Foreman kembali ke ring dengan tekad untuk menorehkan sejarah baru. Meski sempat diragukan karena usianya, Foreman membuktikan bahwa pengalaman, strategi, dan mental juara dapat mengalahkan keraguan banyak pihak.

3. Karier yang Panjang dan Konsisten

Foreman pertama kali menjadi juara dunia pada 1973 dengan mengalahkan Joe Frazier. Setelah pensiun dan kembali ke ring, ia tidak hanya berhasil merebut kembali gelar juara dunia tetapi juga memperpanjang rekornya sebagai juara dunia kelas berat tertua hingga usia 46 tahun dan 169 hari. Bahkan setelah itu, Foreman masih bertanding tiga kali sebelum pensiun untuk kedua kalinya pada 1997 dengan rekor fantastis, 76 kemenangan (68 KO) dan hanya lima kekalahan.

Prestasi Foreman tak hanya tercatat dalam sejarah tinju, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi petinju berikutnya. Dengan semangat juang, ketangguhan fisik, dan mental baja, Foreman membuktikan bahwa usia bukanlah batasan untuk meraih impian. Hingga hari ini, rekornya sebagai juara kelas berat tertua masih belum terpecahkan. Big George adalah bukti nyata bahwa legenda sejati tak pernah lekang oleh waktu.

(sto)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *