Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Zero Terrorist Attack Bukan Jaminan, Waspada Tetap Harus Ditingkatkan



loading…

Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Prof Mirra Noor Milla menilai ancaman terorisme di masa depan akan semakin tersembunyi dan sulit dideteksi, sehingga kewaspadaan harus tetap ditingkatkan. FOTO/IST

JAKARTA – Indonesia mencatatkan zero terrorist atau nol serangan teroris dalam dua tahun terakhir. Meski begitu, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan untuk mengantisipasi ancaman terorisme.

Menurut laporan The European Union Terrorism Situation and Trend Report (EU TE-SAT) 2024, meskipun tidak terjadi serangan teroris, sejumlah insiden yang gagal atau digagalkan juga menjadi bagian dari indikator yang perlu diperhatikan. Setidaknya, pada 2024, Uni Eropa mencatatkan 120 serangan teroris, dengan serangan berbasis ‘keagamaan’ menjadi hal yang paling membahayakan.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof Mirra Noor Milla mengatakan, meskipun Indonesia telah berhasil meredam aksi terorisme, namun ancaman tersebut tidak hilang sepenuhnya. Menurutnya, ancaman terorisme di masa depan akan semakin tersembunyi dan sulit dideteksi, sehingga kewaspadaan harus tetap ditingkatkan.

“Ancaman terorisme masih ada, dan kita perlu memperkuat sistem deteksi dini untuk memitigasi potensi serangan sebelum terjadi,” kata Prof Mirra di Jakarta, Senin (9/6/2025).

Salah satu bukti ancaman nyata adalah adanya penangkapan terduga anggota terorisme beriinisial MAS (18) yang ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror pada 24 Mei 2025 di Gowa, Sulawesi Selatan. MAS diduga menjadi anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Juga penyebar propaganda ISIS di Purworejo beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, menurut Mirra, penting untuk menyeimbangkan antara optimisme akan pencapaian zero terrorist attack dengan kewaspadaan terhadap potensi ancaman yang lebih sulit terlihat. Mirra menekankan bahwa kelompok teroris dapat beradaptasi, bermetamorfosis baik dalam strategi maupun di dalam kelompoknya itu sendiri.

“Apa yang perlu kita lakukan adalah kita harus terus mengamati, terus mengobservasi, mengidentifikasi untuk mengenali potensi resiko itu, termasuk environment yang mendukung terjadinya serangan terorisme,” kata Mirra.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *