Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sinopsis One On One – drg. Arianti Anaya: di Balik Viralnya Oknum Dokter Asusila



loading…

Program One On One menghadirkan host Reza Siregar dengan narasumber drg. Arianti Anaya membahas kasus kekerasan seksual yang melibatkan oknum dokter, Jumat, 25 April 2025 pukul 21.30 WIB di SINDOnews TV. FOTO/SINDOnews TV

JAKARTAMARAKNYA kasus kekerasan seksual yang melibatkan oknum dokter semakin meresahkan masyarakat. Sebagai langkah antisipasi, Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) menyarankan agar calon dokter menjalani tes kesehatan jiwa secara berkala, guna mengurangi risiko pelanggaran etik yang dapat merugikan pasien.

Fakta di lapangan menunjukkan adanya masalah lain yang tak kalah serius. KKI sebut, lebih dari 2.000 laporan kasus bullying dialami oleh peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) selama masa pendidikan. Tekanan dan perundungan tersebut diyakini menjadi salah satu pemicu menurunnya kesehatan mental para calon dokter.

Menanggapi situasi ini, Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) mengambil langkah nyata untuk memperbaiki sistem pendidikan dan perlindungan PPDS. KKI memperketat pengawasan dan regulasi institusi pendidikan kedokteran, mendorong pelaporan kasus perundungan, serta memastikan setiap laporan ditindaklanjuti secara transparan oleh Majelis Disiplin Profesi. Di samping itu KKI juga mendorong revisi kurikulum agar lebih ramah kesehatan mental, membatasi jam kerja yang manusiawi, dan mewajibkan tes kesehatan jiwa berkala sebagai deteksi dini risiko pelanggaran etik.

KKI dan Kementerian Kesehatan kini mendorong reformasi menyeluruh sistem pendidikan kedokteran dan perbaikan lingkungan kerja tenaga medis. Upaya ini diharapkan mampu menekan tingkat stres, mencegah pelanggaran etik, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dunia kesehatan.

Simak pembahasan lengkap bersama Reza Siregar dan drg. Arianti Anaya dalam program One On One, Jumat, 25 April 2025 pukul 21.30 WIB di SINDOnews TV.

(abd)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *