Ormas Islam Bali Akan Demo Arya Wedakarna Berjilid-Jilid Seperti Ahok, Buntut Ucapan Lepas Jilbab dan Bali Bukan Timur Tengah

RUANGBIBIR.COM – Majelis Ulama Indonesia (MUI) beserta Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Bali mengambil langkah tegas dengan mendesak pencopotan Arya Wedakarna dari posisinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Tuntutan ini muncul menyusul pernyataan kontroversial Arya yang menyinggung penggunaan hijab oleh muslimah.

 

Dalam rapat Dewan Harian yang diadakan di Denpasar, Bali, pada Rabu (3/1), MUI bersama dengan 30 organisasi masyarakat Islam, termasuk NU, Muhammadiyah serta Persatuan Islam (Persis), Hidayatullah, dan Aisyiyah, menyatakan kekecewaan mereka terhadap sikap Arya Wedakarna.
Ketua Harian Bidang Hukum MUI Bali, Agus Samijaya, mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut membahas tindak lanjut atas ucapan Arya yang dianggap menyinggung perempuan berhijab.
“Kami telah mengambil keputusan untuk mengadukan Arya Wedakarna ke Badan Kehormatan DPD RI dan mendesak agar beliau dicopot dari posisinya,” ujar Agus Samijaya.
“Kami juga berencana melaporkan hal ini ke pihak kepolisian, mengingat seriusnya masalah ini,” tambahnya.
Pernyataan Arya Wedakarna yang menjadi sorotan adalah komentarnya tentang wanita berhijab yang bertugas sebagai frontliner di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Dalam sebuah video yang beredar luas, Arya terlihat mengkritik keberadaan petugas berhijab dan menyatakan preferensinya untuk petugas yang tidak mengenakan hijab.
Tindakan Arya ini telah memicu kemarahan di kalangan masyarakat, khususnya di Bali, yang dikenal dengan kerukunan antarumat beragamanya. Pernyataan Arya dianggap tidak hanya menyinggung komunitas Muslim, tetapi juga berpotensi merusak harmoni sosial yang telah lama terjaga.
Menanggapi kontroversi ini, Arya Wedakarna telah menyampaikan permohonan maaf melalui media sosial.
“Jika ada pihak-pihak, komponen bangsa Indonesia yang merasa tersinggung dan merasa keberatan dengan apa yang kami sampaikan, dari lubuk hati yang paling dalam saya selaku wakil rakyat Bali di DPD RI memohon maaf dengan tulus,” ujar Arya dalam video klarifikasinya.
Namun, permohonan maaf tersebut tampaknya belum cukup untuk meredakan ketegangan. Langkah yang diambil oleh MUI dan ormas Islam Bali ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam menanggapi isu ini dan menegaskan pentingnya menjaga kehormatan serta integritas lembaga legislatif.

Buntut Ucapan Arya wedakarna

Gegara ucapan dan bentakan dalam video viral yang dilakukan Arya Wedakarna membuat heboh, dan gaduh berkepanjangan.
Terkini Kepala Kantor DPD RI Bali Putu Rio juga menerima aspirasi dari sekelompok umat Muslim Bali.
Ratusan Muslim Bali tersebut mendatangi kantor mereka di Jalan Tjok Agung Tresna, Denpasar, menuntut pertanggungjawaban Senator Arya Wedakarna atas pernyataannya yang dianggap memecah belah keharmonisan umat.
Dijelaskannya ada sekitar 200 umat Muslim Bali yang melakukan aksi unjuk rasa di Kantor DPD RI Bali, Denpasar, Kamis 4 Januari 2024.
Kemudian sebanyak 20 orang perwakilan diajak berdiskusi dan menyampaikan aspirasi. Setelah itu, Putu Rio akan meneruskan aspirasi masyarakat Muslim ke anggota DPD RI Arya Wedakarna (AWK) dan ke Sekjen DPD RI di Jakarta.
“Pasti disampaikan, saya akan sampaikan poin-poin dari semeton Muslim ke AWK dan sekjen sebagai atasan saya. Ini pun sudah koordinasi dengan pejabat-pejabat di Jakarta,” ujar Rio.
Selain itu Rio menegaskan bahwa setiap keputusan yang keluar dari anggota DPD RI bersifat kolegial atau diputuskan melalui sidang paripurna.
Adapun Swasto Haskoro sebagai koordinator lapangan dari massa aksi, menyampaikan kehadiran mereka hanya ingin mendapat pertanggungjawaban dari pernyataan AWK yang dinilai mencederai kerukunan antarumat di Bali yang sejak zaman kerajaan telah terbangun.
Saat diskusi, berulang kali disampaikan bahwa meski beragama Islam, mereka juga merupakan putra putri Bali karena nenek moyang mereka dan kampung halamannya ada di Bali.
“Kami tersakiti, pedih melihat dan mendengar yang disampaikan AWK dan era digital sama sekali tidak bisa dikontrol. Jadi, kami datang sendiri ke kantor ini dengan tertib, tujuannya ingin pertanggungjawaban dari sisi hukum,’ ucapnya.
Kalau akhirnya (AWK) harus dicopot, dipecat, kata dia barangkali bagus karena sangat mencederai dan memecah belah umat beragama di Bali.
Dua pernyataan sikap yang menjadi tuntutan mereka, yakni pertama, ingin agar mengusut tuntas dugaan tindak pidana penistaan agama dan pelanggaran kode etik oleh anggota DPD RI Dapil Bali Arya Wedakarna.
Kedua, mendesak kepolisian untuk menegakkan dan memproses hukum anggota DPD RI Arya Wedakarna.
Ucapan AWK yang dinilai menyinggung pihak tertentu itu bersifat pribadi, bukan atas nama institusi, yang berawal dari video viral senator Arya Wedakarna sedang berbicara dengan nada tinggi saat rapat bersama Kanwil Bea Cukai.
Arya dengan intonasi membentak meminta agar petugas frontliner, sebaiknya merupakan putra dan putri daerah dengan tanpa menggunakan penutup kepala atau jilbab.

Potongan pernyataan tersebut akhirnya viral di berbagai media sosial. Bahkan, Rio menyebut sekretariat DPD RI sudah memperbincangkan hal ini dan segera akan menindaklanjutinya

Perbandingan Ucapan Arya Wedakarna Dengan Ustad Felix Siauw

Ustad Felix Siauw terlihat mengolok-olok konsep Tuhan yang dianut oleh beberapa agama resmi di Indonesia didalam presentasinya mengenai alasan dirinya masuk kedalam agama yang dianutnya sekarang, Islam.Terlihat jelas didalam video yang diunggah melalui akun resmi Youtube Ustad Felix Siauw pada tanggal 11 Maret 2016  dengan judul “Mengapa Aku Memilih Islam” bahwa Ustad Felix Siauw melecehkan berbagai konsep Ke-Tuhanan di beberapa agama tanpa latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai agama yang bersangkutan, bahkan menggabungkan sebuah konsep Dewa dengan konsep fiksi Kera Sakti untuk Agama Buddha.

dalam video itu Felix Siauw mengatakan Dewa Brahma, Krishna dan Siwa Bukanlah Tuhan dalam Presentasinya. Ustad Felix siauw Dianggap Menista Agama Hindu. “Apakah Dewa Brahma, Krishna dan Siwa adalah Tuhan, Bapak dan ibu sekalian? Tidak, ini bukan Tuhan. Kenapa ini bukan Tuhan? cam kan baik-baik, setiap yang punya bentuk seperti makhluk, dia tidak layak sebagai Tuhan. kenapa? karena makhluk terbatas, sedangkan Tuhan tidak terbatas. Kalau dia punya tangan kayak manusia, tangannya tangannya 4, kalau gitu kalau ada barangnya 8 gimana? tambah lagi tangannya? nah itu kemudian adalah keterbatasan, maka itu tidak lagi jadi Tuhan,” kata Felix Siauw

Perbandingan Ucapan Arya Wedakarna Dengan Ustad Abdul Somad

Ustaz Abdul Somad atau UAS diketahui menyinggung soal jin kafir di dalam salib pada video ceramahnya

Ramainya terkait hal itu, Ustaz Abdul Somad kembali menjelaskan terkait hal tersebut. Diungkap UAS, rekaman tersebut diambil di antara tahun 2015-2016. Di mana kajian tersebut merupakan kajian tertutup, dan merupakan jawaban atau responsnya terhadap pertanyaan dari salah satu jamaah yang hadir saat itu. “Kajian Subuh, kajian tertutup di masjid. Saya tidak ingat rekaman itu mungkin 2015-2016 tapi karena politik dan lain sebagainya sehingga didapat saya sendiri tak punya rekaman itu,” kata UAS

Lebih lanjut akibat insiden tersebut di tahun 2019 bulan Agustus, dia sempat dipanggil oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan kemudian menjelaskannya.

“Dan saya jelaskan di MUI bahwa saya menjelaskan pertanyaan panjang dan seterusnya dan sampai hari ini tentu sampai hari ini kita tidak bisa memaksa orang. ‘Aku tidak perlu menjelaskan diriku kepada musuhku karena dia tidak akan pernah berubah dan tidak perlu menjelaskan kepada sahabatku karena dia sudah terlanjur mencintaiku’. Jadi yang dilakukan klarifikasi setelah kita jelaskan melalui MUI pada 2019 kasus itu bulan Agustus,” kata UAS lebih lanjut.

Ustaz Somad Tegaskan Tak Perlu Minta Maaf Atas Perkataan di Salib ada Jin kafir

Ustaz Abdul Somad menegaskan dirinya tak perlu minta maaf atas kontroversi soal video salib yang beredar luas. Somad menegaskan yang dibicarakannya adalah soal akidah Islam, yang disampaikan di internal umat.

“Bahwa kemudian ada orang yang tersinggung, apakah saya musti meminta maaf… Contoh, dalam Islam dikatakan: Sesungguhnya, maaf, sesungguhnya, maaf, memang bunyi ayatnya begitu, sesungguhnya kafir lah orang yang mengatakan Allah itu tiga dalam satu, satu dalam tiga. Saya jelaskan itu di tengah umat Islam. Otomatis orang luar yang mendengar itu tersinggung atau tidak, tersinggung, apakah perlu saya minta maaf. Udah terjawab. Karena ajaran saya,” kata Somad dalam jumpa pers di Kantor MUI

“Kalau saya perlu minta maaf berarti ayat itu perlu dibuang, nauzubillah,” imbuhnya.

Somad mengatakan tak mungkin dia mengatur satu persatu prilaku umat yang menghadiri pengajiannya, termasuk melarang merekam dan menyebarkannya. Tak mungkin pula dia membuat perjanjian agar peserta pengajiannya tak merekam dan menyebarkannya.

“Saya di mana-mana ceramah tak mungkin saya tanya orang satu persatu, matikan hp matikan. Saya di mana-mana ceramah, hp orang hidup, orang merekam, tak bisa saya larang itu karena dia mau mendapat pengajian. Tak mungkin pula saya buat perjanjian semua yang mau masuk ke sini materai enam ribu, tak boleh disebarkan. Payah kali lah ceramah sekarang ini kalau begitu,” ujarnya.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *