Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Moderasi Beragama Lintas Agama Kunci Meredam Ideologi Ekstrem



loading…

Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip Kuntjoro Widjaja bersama Menag Nasaruddin Umar. FOTO/IST

JAKARTA – Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip Kuntjoro Widjaja menegaskan pentingnya moderasi beragama lintas agama sebagai langkah strategis dalam meredam ideologi ekstrem. Selain itu, juga cara tepat mewujudkan perdamaian.

Hal ini disampaikan Philip Kuntjoro menyambut Hari Raya Waisak 2025 yang jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. “Kebijaksanaan untuk perdamaian adalah konsep yang menekankan pentingnya pemahaman, toleransi, dan introspeksi dalam menciptakan harmoni sosial,” kata Philip di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Menurutnya, kebijaksanaan melatih individu untuk menghadapi perbedaan dengan sikap terbuka, menghindari konflik, dan membangun hubungan berdasarkan penghormatan dan empati. Pendekatan ini mengajarkan bahwa perdamaian bukan hanya soal menghindari konflik, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk hidup berdampingan dalam saling menghormati.

Tema Hari Raya Waisak 2025, ‘Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia’, menurut Philip, memiliki makna yang sangat mendalam secara spiritual dan sosial. Ia menggambarkan pengendalian diri seperti seni mengemudi yang membutuhkan keseimbangan antara mempercepat, mengerem, dan menyesuaikan diri dengan kondisi jalanan.

“Jadi tidak hanya ngerem saja, tapi kita juga harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk bisa mengendalikan diri,” katanya.

Philip menekankan Hari Raya Waisak bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan momentum refleksi dan internalisasi nilai spiritual menuju pencerahan. Dalam perayaan ini, umat Buddha diajak mengenang tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sidharta Gautama untuk mendalami makna kedamaian dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan.

Ia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda lintas agama untuk berkolaborasi dalam membangun dunia yang lebih baik. Oleh karena itu, semangat moderasi beragama harus terus digelorakan sebagai upaya menegakkan nilai-nilai persatuan bangsa.

“Semangat moderasi beragama, yang berada di tengah (moderat) tidak condong ke kanan dan ke kiri, juga harus digelorakan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan bangsa,” kata Philip yang juga aktif dalam pelestarian lingkungan hidup.

Baca juga: Kemenag Targetkan 1.000 Kampung Moderasi Beragama Rampung di 2025



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *