Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Marak Wartawan Bodrek Peras Pemda, Ketua Dewan Pers Ungkap Pengangguran Jadi Faktor



loading…

Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat mengungkap adanya fenomena wartawan bodrek yang melakukan pemerasan terhadap pemerintah daerah (pemda). Foto/TV Parlemen

JAKARTA – Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat mengungkap adanya fenomena wartawan bodrek yang melakukan pemerasan terhadap pemerintah daerah (pemda). Wartawan bodrek menjadi istilah bagi wartawan gadungan atau oknum yang menyalahgunakan profesi tersebut untuk kepentingan pribadi.

Dia menyebut kemunculan wartawan bodrek ini imbas dari tingginya angka pengangguran yang menjadi salah satu faktor pemicunya. Sehingga, banyak dilakukan orang-orang tak bertanggung jawab untuk memanfaatkan statusnya sebagai seorang wartawan.

“Memang akibat dari pengangguran dan juga kebebasan akibat medsos ygan muncul ini, mudah sekali di daerah itu orang buat kartu nama, kemudian wartawan online, seenaknya saja, padahal mereka tidak terdaftar resmi di Dewan Pers,” kata Komaruddin dalam rapat bersama Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025).

Baca juga: Wartawan Abal-abal Bakal Dibersihkan dari Parlemen Senayan

Dia menuturkan bagi kepala daerah yang tidak tahu soal asal muasal wartawan bodrek dan kebetulan kinerja kepala daerah itu kurang bagus, tentu menjadi sasaran empuk dari wartawan bodrek. “Dengan dalih kebebasan pers, mereka bermodal kamera motret-motret proyek-proyek yang kurang bagus kemudian datang kepada pemda, dan pemda langsung otomatis keluar duitnya,” ujarnya.

Dewan Pers, kata dia, telah membangun kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kepolisian untuk dapat mengantisipasi keberadaan wartawan bodrek ini. “Dan kami mengadakan literasi di beberapa daerah agar pemda itu langsung aja telepon atau ngecek ke Dewan Pers, tercatat nggak wartawan itu. Sebab semuanya tercatat, yang tidak tercatat jangan ditanggapi,” pungkasnya.

(rca)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *