Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Libatkan 365 Kaligrafer, Kemenag Raih Dua Rekor MURI Penulisan Mushaf Nusantara



loading…

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meninjau penulisan Mushaf Al-Quran. Foto/istimewa

JAKARTA – Kementerian Agama ( Kemenag ) meraih dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam Penulisan Mushaf Nusantara. Keduanya yaitu penulisan Mushaf Al-Qur’an secara serentak oleh kaligrafer terbanyak dengan melibatkan 365 kaligrafer se-Indonesia, dan Mushaf Al-Qur’an dengan Corak Iluminasi Nusantara terbanyak mencapai 106 corak.

Penghargaan itu diserahkan secara simbolis oleh Manager Senior MURI Priyono kepada Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag Abu Rokhmad. Hadir dalam acara tersebut, Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin, Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi, serta Direktur Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka), Didin Sirojudin.

Nasaruddin Umar mengatakan, mushaf Al-Qur’an bukan sekadar karya seni, tetapi juga memiliki nilai sakral. Nasaruddin mengaitkan kaligrafi dengan sumpah pertama dalam Al-Qur’an, yaitu Nun, wal Qalami Wa Ma Yasturun. Nasaruddin menjelaskan tiga unsur tersebut, nun (botol tinta), qalam (pena), dan yasturun (lembaran) merefleksikan prinsip pencatatan dalam ajaran Islam.

“Goresan kaligrafi yang diabadikan pada momen ini membawa berkah di bulan suci Ramadan. Kaligrafi bersumber dari sebuah titik. Segala sesuatu bermula dari titik dan akan kembali kepada titik. Mengandung makna bahwa ilmu, hikmah, dan hakikat tersembunyi dalam satu titik kecil yang bisa membuka pemahaman luas tentang Islam. Maka wajar kalau apa yang dilakukan hari ini dianugerahi sebuah rekor MURI,” ujarnya di Jakarta, Rabu (19/3/2025).

Penulisan Mushaf Nusantara menjadi bagian dari peringatan 40 tahun Lemka yang telah melahirkan banyak maestro kaligrafi di Indonesia dan dunia. Selain itu, program ini bertujuan memberdayakan para juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dalam meningkatkan literasi baca tulis Al-Qur’an di Indonesia.

Penulisan mushaf berlangsung serentak di 30 provinsi dalam waktu 10 jam. Di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, kegiatan ini diikuti 35 kaligrafer dari Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Mushaf ini mengikuti standar Mushaf Kemenag Indonesia yang berpedoman pada rasm Utsmani. Setiap peserta menulis pada lembaran berornamen, dengan 310 orang menulis dua halaman dan sisanya satu halaman. Setiap halaman terdiri atas 15 baris teks.

Penulisan ayat suci menggunakan Khat Naskhi, yang dikenal sederhana, jelas, dan mudah dibaca. Sementara itu, judul serta keterangan surah ditulis dengan khat khusus yang juga berfungsi sebagai elemen dekoratif dalam mushaf.

Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad menjelaskan, kegiatan ini mencerminkan semangat keislaman, kebersamaan, dan keindahan seni dalam Islam. “Kaligrafi memiliki peran penting dalam dakwah Islam. Sejak awal penyebaran Islam di Nusantara, seni kaligrafi telah menjadi media yang tidak hanya memperindah, tetapi juga menginternalisasi pesan-pesan Al-Qur’an ke dalam kehidupan umat Islam,” ungkapnya.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *