Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Lagu Bayar Bayar Bayar Band Sukatani Ekspresi Imajinatif yang Menggambarkan Fakta



loading…

Pendiri Lokataru Haris Azhar menjadi narasumber dalam dialog Rakyat Bersuara Lagu Bayar, Bayar, Bayar Bikin Ambyar yang dipandu Aiman Witjaksono di iNews, Jakarta, Selasa (25/2/2025). Foto: iNews

JAKARTA – Pendiri Lokataru Haris Azhar menyatakan lagu Bayar Bayar Bayar milik band Sukatani yang baru-baru ini menjadi viral tidak melampaui batas. Dia menilai justru kurang dalam menyampaikan pesan terhadap kritikannya.

“Nggak ada yang kebablasan, malah kurang. Secara estetik lagu ini enak, paling nggak secara subjektif saya ya. Komposisinya okelah, perlu dapat penghargaan secara dari dunia seni dan musik saya pikir, termasuk dari sisi busana juga,” ujar Haris dalam dialog Rakyat Bersuara “Lagu Bayar, Bayar, Bayar Bikin Ambyar, yang dipandu Aiman Witjaksono di iNews, Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Menurut dia, lagu ini viral karena dinilai enak didengar meskipun berisi kritik terhadap pihak kepolisian. Kritik semacam ini sebenarnya bukan hal baru.

“Kalau lagu yang mengkritik polisi, banyak. Pasca kasus Kanjuruhan banyak lagu-lagu yang muncul juga. Di peristiwa-peristiwa lain juga banyak. Slank itu juga secara implisit ada lagunya mengkritik meskipun belakangan Slank memuji polisi,” katanya.

Menurut Haris, viralnya lagu ini justru menyebabkan keresahan di kalangan aparat kepolisian dan beberapa pejabat yang akhirnya memaksa anggota band Sukatani meminta maaf.

Haris menuturkan kritik terhadap polisi sudah menjadi ekspresi publik yang luas dan sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Dia mengibaratkan bahwa di tempat-tempat seperti Papua, masyarakat seringkali menunjukkan rasa kecewa terhadap kepolisian.

“Coretan-coretan di Malang banyak, karena peristiwa-peristiwa perilaku kepolisian, yang meresahkan masyarakat itu banyak di Indonesia di mana-mana anda pergi ke Papua, orang bisa berjejer 2 Km, ini analoginya gitu ya kira-kira untuk menjelaskan bagaimana mereka kecewa dengan polisi, jadi korban dan lain-lain,” ungkapnya.

Menurut dia, kritik terhadap kepolisian bukan hanya terjadi melalui lagu, tetapi juga dalam berbagai bentuk ekspresi publik lainnya.

“Nah secara dalam konteks itu saya mau bilang bahwa dalam konteks yang lebih, kurun waktu tertentu berbasis di banyak tempat, ekspresi kritik publik terhadap polisi itu banyak sekali dan macam-macam,” ujar Haris.

Dalam konteks ini, dia menganggap lagu Sukatani justru terlambat dalam merespons kritik terhadap kepolisian. “Jadi kalau ini (lagu Sukatani) dibilang bablas, tidak ada yang kebablasan. Sukatani malah telat kenapa baru bikin lagu sekarang. Saya mau mengatakan bahwa ini ada ekspresi yang imajinatif ada pilihan bahasanya menggambarkan apa yang dekat dengan fakta, Sukatani ada di situ,” katanya.

(jon)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *