loading…
Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono mengingatkan masyarakat tentang ancaman mikroplastik atau partikel plastik berukuran sangat kecil yang semakin meresahkan akibat buruknya pengelolaan sampah. Foto/Istimewa
Dalam paparannya, Diaz menyoroti beberapa bahaya yang dapat timbul dari sampah, terutama sampah plastik, jika tidak ditangani dengan benar. “Pertama adalah emisi, selain itu dioksin jika sampah dibakar, mencemari udara, menghasilkan timbulan sampah, dan mengontaminasi air. Dan yang paling berbahaya lagi, sampah plastik akan menjadi mikroplastik,” ujar Diaz.
Dalam acara yang diselenggarakan di Auditorium UNP tersebut, Diaz juga menyoroti kondisi lingkungan di Indonesia yang sudah mengalami pencemaran mikroplastik secara masif. “Hampir seluruh sungai di Indonesia sudah tercemar mikroplastik, 98 persen! Ikan pun demikian, air pun sudah tercemar,” tambahnya.
Selain ituz ia melihat tentang dampak langsung mikroplastik terhadap kesehatan manusia. “Menurut sebuah studi, setiap minggunya, kita semua sudah mengonsumsi mikroplastik seukuran kartu kredit. Bahkan, mikroplastik sudah ditemukan di air susu ibu (ASI) dan plasenta ibu hamil. Jadi, ketika bayi lahir, mereka sudah mengandung mikroplastik,” katanya.
Penelitian di Jepang juga menemukan bahwa mikroplastik telah mencemari udara yang kita hirup setiap hari. “Udara yang kita hirup ternyata sudah mengandung mikroplastik. Kalau sampai masuk ke hidung kita, lalu ke paru-paru, tidak ada jalan keluarnya,” ungkap Diaz.
Studi terbaru yang dipublikasikan oleh Environmental Science & Technology juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi di dunia dari total 109 negara yang diteliti. Studi tersebut mengungkap bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan.
Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor IV UNP Dr. Deski Beri. Kepada mahasiswanya, ia mengingatkan agar mahasiswa UNP membuka pikirannya terhadap inovasi untuk menyelamatkan lingkungan.
“Kita hanya punya satu bumi, tidak ada bumi yang lain. Kalau bumi ini hancur entah kita hidup di mana lagi. Sebagai mahasiswa saudara-saudara harus mulai memikirkan tentang apa yang mesti kita perbuat untuk dunia kita, sehingga dunia kita bisa sustainable,” ujar Deski.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNP Afriva Khaidir, Ph.D., sekaligus moderator diskusi menekankan bahwa isu pengelolaan sampah, termasuk mikroplastik, juga menjadi perhatian.
“Dalam buku Pak Diaz Hendropriyono, ada bab khusus tentang sampah. Sampah adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama. Di Kota Padang sendiri, tidak bisa diselesaikan dalam satu hari, karena setiap hari ada lebih dari 500 ton sampah yang harus dibuang ke (TPA) Air Dingin,” pungkasnya.
(rca)