Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kongres: Jembatan Hati Kader Muslimat



loading…

Ketua PW Muslimat NU Kalimantan Selatan, Mariyatul Norhidayati Rahmah. FOTO/IST

Mariyatul Norhidayati Rahmah
Ketua PW Muslimat NU Kalimantan Selatan
Pengasuh Pusat Syiar dan Dakwah Al-Mahabbah Banjarmasin

KONGRES Muslimat NU di Surabaya kemarin menyisakan banyak kenangan. Kenangan tentang khidmah, kebersamaan, militansi, keteguhan, solidaritas, komitmen, dan cita-cita bersama. Menjadi tempat bagi kader Muslimat NU senusantara bahkan sedunia, untuk saling mengenal dan terhubung. Dalam bahasa Al-Qur’an disebut; “Lita’aarafu“.

Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, para kader berkumpul berdatangan secara sukarela. Mengusung visi dan panji bersama yakni kebesaran Muslimat, Nahdlatul Ulama, Nusa dan Bangsa. Sebagai pendidik, pembina bunga bangsa yang menunaikan tugas mulia, ibu-ibu Muslimat dengan tekun menyelesaikan satu demi satu rangkaian tugas organisasi. Berkumpul, berdiskusi, berdinamika, dan memilih kembali pemimpin organisasi.

Yang paling kuat dirasakan adalah ikatan batin yang tak bisa diukur hanya dengan sudut pandang kumpul-kumpul dan berserikat. Muslimat diikat oleh latar belakang kebudayaan, geneologi, sanad, dan ideologi yang satu. Ditambah lagi dengan peran sosok pemimpin yang selama ini menjadi kebanggaan dan simbol perekat antar kader dan seluruh anggota; Hj. Khofifah Indar Parawansa.

Ibu Khofifah bukan hanya Ketua Umum, tapi sudah selayaknya ibu bagi kami kader-kader Muslimat. Figur ulama perempuan, pemimpin, pembelajar, pendidik, penggerak, juga pengayom. Dengan segala prestasi dan capaian yang beliau torehkan baik di organisasi maupun di pemerintahan, tidak lantas menjadikan Ibu Khofifah sosok yang high profile. Namun sebaliknya, perangai yang santun dan down to earth menyatu dalam sikap dan laku beliau sehari-hari.

Lebih-lebih, kehadiran figur-figur kharismatik nan sejuk dan teduh turut melengkapi dan menyempurnakan kebahagiaan. Ada Bu Nyai Mahfuzhah Aly Ubaed, Bu Nyai Chisbiyah, Bu Nyai Masruroh, Bu Nyai Munjidah, Bu Nyai Siti Aniroh, Hajjah Nurhayati Said Agil Siradj, Hajjah Ulfah Masfufah, Hajjah Zannuba Arifah Chapsoh, dan tentu saja Hajjah Arifatul Choiri Fauzi Ketua PP Muslimat terpilih yang akan menjalankan roda organisasi, dinakhodai Ketua Umum Dewan Pembina Ibu Khofifah Indar Parawansa.

Begitu pula ibu-ibu pengurus, kader, dan anggota-anggota lain yang luar biasa. Komposisi yang insya Allah solid, kokoh, dan mencerminkan pesan dan spirit daripada hadits Nabi SAW; “al mu’minu lil mu’mini kal bunyaani yasyuddu ba’dhuhu ba’dha”. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya laiknya bangunan, saling menguatkan satu sama lain.

Hal ihwal tersebut di atas lah yang barangkali menjadikan forum dan suasana kongres begitu guyub dan bahkan mengharu biru. Tak terhitung berapa tetes tangis yang tumpah. Sebab semua kader merasakan, mengurus Muslimat adalah jihad yang harus dijalani dengan hati yang tulus ikhlas dalam menjalankan roda organisasi. Dengan segenap keikhlasan dan ketulusan itu lah panji Muslimat terus berkibar, dan suluh organisasi terus menyala di seluruh sudut negeri. Dalam rangka “Li i’laa i kalimatillaah, wa li iqaamati syarii’atih”. Mengibarkan kalimat Allah dan menegakkan syariat-Nya.

Momentum kongres kemarin memang sudah selesai. Tapi pesan dan kesannya, tertancap dalam di sudut sanubari para kader dan anggota. Menjadi jembatan hati bagi terhubungnya konektifitas batin antar pengurus, antar kader, dan segenap keluarga besar Muslimat Nahdlatul Ulama.

Alhasil, semoga setiap jengkal proses yang dilalui di kongres kemarin, dengan segala dinamika, serba serbi, dan warna warni di dalamnya, semoga menjadi bekal bagi pengurus, kader, dan anggota Muslimat untuk berkontribusi lebih besar lagi di daerah masing masing.

Bulat air karena pembetung, bulat manusia karena mufakat. Hidup sekali moga beruntung, dengan iman kita beberkat.

(abd)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *