Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ketidakpuasan di Papua Dipicu Kegagalan Distribusi Kesejahteraan



loading…

Sejarawan dan Indonesianis Dr Greg Poulgrain menghadiri GREAT Lecture yang diselenggarakan GREAT Institute di kantor lembaga think tank itu di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2025). Foto: Ist

JAKARTA – Indonesia membutuhkan strategi nasional yang tepat dalam pengelolaan kekayaan alam (natural resources) di tengah dinamika ketegangan geopolitik sehingga berorientasi pada kesejahteraan dan distribusi kesejahteraan.

Kegagalan Indonesia mengelola sumber daya alam dan mendistribusikan kesejahteraan dapat membuat kekayaan alam menjadi bencana alam dan bencana politik.

Baca juga: Geopolitik Indonesia dan Pesan Soekarno

Demikian disampaikan sejarawan dan Indonesianis Dr Greg Poulgrain dalam GREAT Lecture yang diselenggarakan GREAT Institute di kantor lembaga think tank itu di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2025).

Menurut catatan Dr Poulgrain, karena sumber alam yang melimpah Indonesia selalu menjadi pusat dari pertarungan kepentingan global. Bukan hanya antara Blok Barat dan Blok Timur, tetapi juga antara kelompok kepentingan di masing-masing negara seperti antara Presiden John F Kennedy dan Direktur Central Intelligent Agency (CIA) Allen Dulles khususnya terkait kekayaan alam di Papua.

Ketidakpuasan sebagian masyarakat Papua, misalnya, menurut Greg, kerap dipicu oleh kegagalan distribusi kesejahteraan karena hasil dari pengelolaan kekayaan alam Papua menumpuk pada pihak-pihak tertentu.

Dr Poulgrain menekankan pentingnya pendekatan komprehensif yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan budaya dalam pengelolaan sumber daya. Kemudian, perlunya visi jangka panjang, kerja sama internasional, serta tata kelola yang bertanggung jawab demi kesejahteraan bangsa.

Dr Poulgrain yang merupakan pengajar di sejumlah universitas di Australia melakukan penelitian ekstensif sejarah Indonesia khususnya di masa-masa puncak Perang Dingin. Dia telah menerbitkan tiga buku terkait tema ini yakni “The Incubus of Intervention” (2015), “Genesis of Konfrontasi” (2019) dan “JFK vs Allen Dulles: Battleground Indonesia” (2020). Satu buku lagi yang sedang dipersiapkannya berjudul “The Curse of Gold”.

Dua penanggap utama dalam GREAT Lecture yang dibuka Ketua Dewan Direktur GREAT Institute Dr Syahganda Nainggolan yakni Dr Sidratahta Mukhtar dan Dr Zarmansyah.

Diskusi yang dimoderatori peneliti GREAT Institute Omar Thalib dihadiri kalangan akademisi dan politisi antara lain Dr. Indra Wardhana dari Pertamina University, Dr. Faisal Nurdin dan Dr. Rahmi Fitryani dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, peneliti isu Kashmir dari Belanda Laura Schuurmans, mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzy, politisi Golkar Dr. Poempida Hidayatulloh, dan politisi Partai Demokrat Dr. Nurhayati Assegaf, serta Jeremy Kight Diplomat dari Kedutaan Besar Amerika.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *