Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Isu Matahari Kembar Muncul dari Hasil Rentetan Peristiwa



loading…

Analisis Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun dalam program Interupsi iNews, Kamis (24/4/2025). Foto/iNews

JAKARTA – Analisis Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengatakan bahwa isu matahari kembar muncul dari hasil rentetan sejumlah peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Hal itu diungkapkannya dalam program Interupsi iNews, Kamis (24/4/2025).

“Mengapa kita menyimpulkan bahwa ada matahari kembar? Argumen yang tidak bisa dibantah itu adalah berdasarkan peristiwa-peristiwa empirik. Rentetan peristiwa yang menunjukkan bahwa memang ada tanda-tanda yang sangat kuat ada matahari kembar,” kata Ubedilah.

Misalnya, kata dia, sebelum Presiden Prabowo Subianto hendak menyusun kabinet pemerintahannya, dia datang ke Solo untuk menemui Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). “Baru kemudian diumumkan kabinetnya, dan ternyata kemudian ada 17 menteri prangnya Pak Jokowi. Kemudian tiba-tiba, misalnya Pak Jokowi menerima kunjungan Sespimmen dari Polri misalnya,” katanya.

“Seolah-olah dia (Jokowi) adalah tokoh yang sangat luar biasa, untuk kemudian punya kedekatan sangat khusus dengan kepolisian. Di level yang cukup tinggi dalam pendidikan kepolisian kan,” sambungnya.

Termasuk juga ketika Jokowi dikunjungi oleh delapan menteri dan wakil menteri yang disebut sebagai momen silaturahmi Lebaran 2025. “Jadi ada beberapa peristiwa lain juga yang menunjukkan betapa Jokowi Dodo sebagai mantan presiden masih seolah-olah seperti presiden,” katanya.

“Dan hal yang paling menguatkan matahari kembar itu adalah karena wapresnya anak Joko Widodo. Jadi itu yang membuat kemudian gak mungkin dong anak-anaknya yang jadi wapres itu tidak komunikasi dengan presiden,” sambungnya.

Ubedilah melihat bahwa masih ada kekuatan politik Jokowi di balik layar, yang mungkin saja dapat mempengaruhi langkah politik Presiden Prabowo selama berkuasa. “Jadi saya melihat memang masih kok ada kekuatan politik Jokowi yang mungkin dalam tanda petik intervensi dalam beberapa langkah-langkah politiknya Prabowo,” katanya.

(rca)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *