Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ini 3 Cuitan Kritik Fiersa Besari Sebelum Musibah Puncak Cartenz Papua



loading…

Musisi Fiersa Besari saat mendaki Gunung Katopasa, Sulawesi Tengah. FOTO/TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE FIERSA BESARI

JAKARTA – Musisi Fiersa Besari termasuk dalam rombongan pendaki yang mengalami musibah saat melakukan pendakian ke Puncak Cartenz Pyramid, Papua. Dua pendaki wanita, Lilie Wijayanto Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia karena mengalami hipotermia.

Keberadaan Fiersa Besari dalam rombongan itu diketahui dari daftar pendaki yang dimiliki SAR Timika, Mimika, Papua Tengah. Selain Fiersa Besari, ada pula Indira Alaika, Furki, Elsa Laksono, Lilie Wijayanti Poegiono, Saroni, Ludy Hadiyanto, dua WNA Turki serta satu WNA Rusia. Sementara guide para pendaki itu berjumlah lima orang seperti Nurhuda, Alvin Perdana, Arlen Kolinug, Jeni Dainga dan Ruslan.

Fiersa Besari diketahui sedang melakukan ekspedisi Jalur Sunyi. Bersama tim Atap Negeri, musisi indie tersebut juga membuat video perjalanannya yang diunggah di YouTube. Berdasarkan keterangan di media sosialnya, pendakian terakhir Fiersa Besari bersama tim Atap Negeri, sebelum ke Puncak Cartenz, adalah Gunung Katopasa, Sulawesi Tengah.

Di tengah melakukan pendakian Jalur Sunyi, Fiersa Besari masih mengikuti isu-isu terkini yang sedang menjadi perhatian masyarakat. Ia pun menuliskan cuitan pendek sebagai respons atas isu tersebut.

Salah satunya menanggapi dugaan intimidasi terhadap Band Sukatani yang tiba-tiba meminta maaf kepada Polri dan menghapus lagu Bayar Bayar Bayar dari semua platform. Lagu Bayar Bayar Bayar digunakan sebagai pengiring unjuk rasa Indonesia Gelap beberapa waktu lalu.

“Satu dibungkam. Seribu bersuara,” cuitnya pada 20 Februari 2025.

Ia menyayangkan tindakan represi terhadap musisi.

“Memperbaiki citra harusnya dengan cara memperbaiki kinerja. Bukan dengan cara merepresi musisi,” cuit Fiersa lagi.

Selain itu, Fiersa juga mengomentari pengungkapan praktik pengoplosan BBM jenis Pertalite menjadi Pertamax.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *