Hassan Nasbi Punya Bukti Anies Baswedan Adalah Pesuruh Israel dan Antek Amerika

RUANGBIBIR.COM – Hassan Nasbi Sebut Anies Baswedan Melakukan Pertemuan Rahasia Dengan Dubes Israel Secara Diam – Diam Di Singapura. Setelah pulang dari Singapura Anies Tiba-Tiba Menyuarakan Perubahan dan Secara Terbuka Menentang Pembangunan Jokowi. Lebih Lanjut Hassan Nasbi Mengakui Mempunyai Bukti Photo Anies Ketemu Dengan Dubes Israel.

Benarkah Amerika Serikat Dan Israel Dukung Anies di 2024?

Amerika Serikat (AS) dipercaya akan bermain di Pilpres 2024 Indonesia. Dari ketiga pasangan calon, ke mana arah dukungan Paman Sam berlabuh?

Kasus di Indonesia

Di Indonesia, diskusi dan perdebatan soal intervensi AS sudah menjadi pembahasan umum, khususnya terkait pemerintahan Soekarno dan Soeharto.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono dalam bukunya Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia, misalnya, menjelaskan bahwa sejak tahun 1956, agen-agen CIA telah menggalang beberapa oknum perwira TNI-AD untuk mengambil-alih kekuasaan pemerintahan daerah di Sumatera Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara.

Upaya itu berlanjut pada terjadinya pemberontakan bersenjata Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada tahun 1958.

Pada tahun 1965, dalam peristiwa G30S/PKI, Soeharto disebut mendapatkan dukungan yang kuat dari CIA. Di sini, AS berperan dalam menekan berbagai media Barat untuk memberitakan kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI), khususnya Gerwani terhadap keenam jenderal yang menjadi korban peristiwa tersebut.

Lantas, apabila AS melakukan intervensi di Pilpres 2024, kira-kira siapa paslon yang akan didukung?

 

Meraba Arah Paman Sam

Pertama-tama perlu digarisbawahi, tentu tidak mungkin melakukan konfirmasi langsung terkait ke mana arah dukungan AS. Kita tidak bisa menghubungi Presiden AS, CIA, atau pejabat AS yang berwenang untuk bertanya, “nanti dukung siapa di 2024?”.

Atas keterbatasan itu, kita dapat melakukan metode penarikan kesimpulan abduktif. Dalam studi filsafat, khususnya epistemologi, penerapan metode abduktif dicontohkan pada detektif fiktif Sherlock Holmes.

Untuk mengambil kesimpulan terkait suatu kasus, Holmes akan membangun beberapa hipotesis yang kemudian diuji ketahanannya satu persatu. Metode yang digunakan untuk menguji setiap hipotesis adalah falsifikasi dari Karl Popper. Hipotesis yang dinilai paling mendekati kebenaran adalah yang paling lolos dari pertanyaan-pertanyaan.

Sekarang kita akan menguji ketiga pasangan calon, yakni (1) Ganjar Pranowo – Mahfud MD, (2) Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, dan (3) Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar.

Pertama, Ganjar-Mahfud MD. Untuk pasangan ini, keduanya tidak dinilai memiliki hubungan dekat dengan Barat atau Timur. Ganjar dan Mahfud tidak kuliah di luar negeri atau pun memiliki bisnis berskala internasional.

Namun, partai pendukung utama, yakni PDIP diketahui memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis China (PKC). Hubungan dekat itu misalnya terlihat ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengucapkan selamat ulang tahun ke-100 untuk PKC pada 2021 lalu.

Momen itu dinilai oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin sebagai sinyal hubungan yang dekat.

“Secara internasional mungkin Megawati ingin berpesan pada komunitas dunia, bahwa PDIP menjalin erat hubungan kerja sama dengan PKC,” ungkap Ujang (3/7/2021).

Bertolak pada kekhawatiran AS pada pengaruh Tiongkok, mengarahkan dukungan ke Ganjar-Mahfud mungkin tidak dilakukan.

Kita lanjut ke pasangan kedua, Prabowo-Gibran. Selama ini Prabowo dipersepsikan memiliki hubungan dekat dengan AS. Namun, dukungan Jokowi sepertinya dapat mengubah persepsi yang ada.

Banyak pihak menilai Jokowi memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok, khususnya soal investasi. Dengan adanya Perang Dagang, mungkin AS ingin mendukung pihak yang tidak berpotensi lebih menguntungkan Tiongkok secara ekonomi.

Yang paling dekat dengan dukungan AS mungkin adalah Anies-Muhaimin. Anies memiliki riwayat pendidikan di AS. Anies mengambil S2 di Universitas Maryland pada tahun 1997 dan S3 di Northern Illinois University pada tahun 1999.

Politisi senior Zulfan Lindan juga pernah mengatakan bahwa Anies yang kini dipercaya sebagai golden boy-nya AS. “Kemudian Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta enggak pernah kunjungan ke Rusia, China, berarti Amerika Serikat melihat ini memang ya the second golden boy,” ungkapnya (26/9/2022).

 

Bukti Anies ‘The Golden Boy’-nya Amerika Serikat

Duta Besar Amerika Serikat (AS), berkunjung ke DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Rabu (15/2/2023). Kunjungan Dubes Amerika Serikat mendapat sorotan dari para pengamat politik.

Pakar Politik dari American Global University, Jerry Massie berpendapat ada maksud terselubung di balik Dubes Amerika. Dia menduga kunjungan Dubes AS terkait kepentingan pencalonan Anies Baswedan sebagai presiden di Pilpres 2024.

“Saya kira langkah ini setidaknya baik, berarti ada sinyalemen dukungan AS terhadap Anies terbuka,” kata Jerry

Jerry menganggap wajar bila AS mendambakan sosok Anies Baswedan menjadi presiden. Pasalnya, dalam kurun waktu 10 tahun selama pemerintahan Presiden Joko Widodo Indonesia selalu menjalin hubungan baik dengan Cina.

Sebagai negara adidaya, AS mulai tersisih dengan kemunculan Cina sebagai salah satu kekuatan baru. Oleh karena itu, AS dan Cina saling bersaing menancapkan kekuatannya di negara berkembang seperti halnya Indonesia.

“Memang pemilu Indonesia ini termasuk pertarungan Timur dan Barat. Di era Jokowi peran dan Dominasi China lebih besar ketimbang Amerika. Berbeda di Era SBY, Soeharto dan Habibie serta Gus Dur dominasi Amerika cukup dominan,” ujarnya.

Atas dasar itu, Jerry menilai peluang AS untuk mendukung pencapresan Anies sangat terbuka lebar. Apalagi, Anies punya riwayat mengenyam pendidikan di negeri paman sam dan menjadi the golden boy Amerika.

“Saya kira ada sinyalemen AS mensupport pencapresan Anies. Kalau Ganjar lebih dekat dengan para kelompok RRC dan berbeda dengan Anies. Faktor penyebab juga dia lulusan doktor Amerika atau dari Maryland dan Illinois,” pungkasnya.

Sejauh ini, belum diketahui apakah Anies atau Cak Imin memiliki riwayat atau potensi hubungan dengan Tiongkok. Kemudian, yang paling menarik adalah potensi Anies untuk dicitrakan sebagai Presiden Muslim yang moderat.

Mantan Wakil Kepala BIN As’ad Said Ali dalam bukunya Perjalanan Intelijen Santri, menjelaskan bahwa AS ingin menyelematkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari upaya kudeta pada tahun 2001.

Utusan AS berinisial Mr. YM akan mempersiapkan pesawat evakuasi bagi Gus Dur dan keluarganya ke John Hopkins University Hospital di Baltimore, AS, dengan alasan menjalani perawatan kesehatan.

Utusan itu mengatakan, Gus Dur harus tetap menjadi Presiden RI, meskipun hanya sebagai simbol karena Indonesia sedang berjuang menjadi negara demokrasi Muslim terbesar di dunia. Jika berhasil, itu dinilai dapat mempengaruhi negara-negara Islam lainnya.

Nah, bukan tidak mungkin AS akan melihat Anies seperti Gus Dur. Pandangan Anies yang moderat akan menciptakan persepsi sebagai Presiden Muslim yang demokratis.

Well, sebagai penutup, sekali lagi perlu digarisbawahi bahwa sekelumit analisis dan kesimpulan dalam tulisan ini adalah analisis deduktif. Ini adalah kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan variabel-variabel yang tersedia.

Dapatkan berita terbaru dan pilihan berita terupdate setiap harinya, follow Whatsapp Channel Ruangbibir klik disini sekarang juga. Jika Konten Ini Menarik, Silahkan Bagikan dan Forward Artikel ini ke Group atau Sahabat anda.

 

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *