Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Gibran Curhat saat Jadi Wali Kota: Solo Dianggap Antek-antek China



loading…

Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka curhat saat dirinya menjadi Wali Kota Solo. Foto/YouTube Setwapres

JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka curhat saat dirinya menjadi Wali Kota Solo. Dia mengungkapkan tantangan yang dihadapinya terkait isu intoleransi di Solo, bahkan saat itu banyak yang menyebut ‘Solo cabang Tiongkok’ juga ‘Solo antek China’.

Mulanya, Gibran mengajak para pendeta Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) untuk ikut menyukseskan program pemerintah dalam mengatasi masalah intoleransi.

“Kami berharap nantinya keluarga besar PGI dan bapak ibu semua yang hadir di sini dapat bersinergi dengan visi dan program pemerintah, terutama dalam mengatasi masalah intoleransi,” ujar Gibran saat menghadiri Sidang Raya ke-18 PGI di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (13/11/2024).

Kemudian, Gibran pun melanjutkan bahwa dia sebelumnya merupakan Wali Kota Solo. Dia pun menceritakan tantangan mengatasi intoleransi di Solo sambil menunjukkan layar presentasi yang berisi data intoleransi di Solo.

“Ini mungkin bapak ibu tahulah sebelumnya saya adalah Wali Kota solo. Mungkin yang belum pernah ke Solo mungkin pernah dengar juga kalau Solo itu kota yang agak kurang toleran, banyak sekali kejadian-kejadian seperti ini,” kata Gibran sambil menunjukkan layar.

Gibran kemudian menceritakan bahwa Pemerintah Kota Solo setiap tahun pada perayaan Imlek memasang ornamen seperti patung hingga shio, namun ketika dia menjabat banyak yang memprotesnya.

“Jadi kalau di Solo tiap tahun ada perayaan imlek, dan tiap tahun dari pemerintah memasang ornamen-ornamen imlek, patung-patung dari semua shio, tapi nggak tau ya kenapa pada saat saya menjabat itu banyak sekali yang protes,” ujar Gibran.

Padahal, lanjut Gibran, Wali Kota Solo sebelumya tidak pernah protes dengan kebijakan Pemerintah Kota untuk memasang ornamen saat Imlek. Bahkan, kata Gibran, setiap hari masyarakat protes hingga menyebut Solo merupakan cabang Tiongkok, juga disebut antek-antek atau pendukung China.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *