Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Generasi Emas Indonesia Bisa Dibentuk melalui Ketaatan Dalam Ibadah Puasa



loading…

Mendikdasmen Abdul Muti menilai, generasi emas Indonesia bisa dibentuk melalui ketaatan dalam ibadah puasa. Foto/SindoNews

JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menilai, generasi emas Indonesia bisa dibentuk melalui ketaatan dalam ibadah puasa. Sebab, ibadah puasa mendidik manusia untuk menahan diri dan tidak rakus.

Hal itu disampaikan Abdul Mu’ti saat mengisi ceramah dalam Program Mimbar Ramadan Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (1/3/2025) malam. Ceramah itu disampaikan Abdul Mu’ti sebelum memulai salat tarawih.

“Generasi emas Indonesia itu adalah generasi yang cerdas, dalam bahasa lain disebut sebagai knowledgeable person, manusia yang serba tahu, generasi yang beriman yang memiliki ketakwaan, karena kunci kemuliaan manusia, kunci kejayaan bangsa menurut Al-Qur’an adalah mereka yang beriman dan berilmu pengetahuan,” kata Mu’ti.

Selain itu, generasi emas Indonesia itu memiliki kapasitas, skill tinggi, terampil dan serba bisa. Dengan begitu, generasi emas Indonesia bisa mandiri dan mampu memanfaatkan kekayaan alam menjadi sumber rezeki dan menjadi sumber pendapatan yang meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kemakmuran bangsa.

“Kemudian ketiga, generasi emas Indonesia itu adalah yang humble, generasi yang memiliki sikap rendah hati, bukan generasi yang sombong, bukan generasi yang takabur, tetapi generasi yang senantiasa menciptakan kemaslahatan di muka bumi,” katanya.

Kendati demikian, Abdul Mu’ti mengatakan, generasi emas Indonesia itu bisa dibentuk melalui ibadah puasa. Pasalnya, ibadah puasa mendidik manusia untuk menjadi lebih bijaksana sepeti menahan diri, tak rakus, dan senantiasa bersyukur.

“Generasi emas ini bisa dibentuk, karena puasa melatih dan mendidik kita untuk menjadi manusia yang mampu menahan diri, manusia yang tidak rakus, manusia yang merasa cukup dengan apa yang kita konsumsi dan bersyukur dengan apa pun yang kita miliki, kemudian berusaha meningkatkannya dengan berderma dengan seksama,” ucapnya.

(cip)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *