loading…
Megawati Soekarnoputri menghadiri pameran seni rupa karya Dolorosa Sinaga yang digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024). Foto/Felldy Utama
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto tiba terlebih dahulu. Kehadiran Megawati disambut Dolorosa Sinaga, Pakar Hukum Todung Mulya Lubis, serta kader muda PDIP seperti Aryo Seno Bagaskoro.
Dolorosa juga menjelaskan secara rinci karya-karyanya kepada Megawati. Salah satu yang turut dipajang adalah Monumen Pembantaian Massal 1965-1966. “Ini monumen pembantaian massal,” kata Dolorosa kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.
Megawati terlihat berhenti sejenak di depan monumen tersebut. Megawati terlihat haru seraya mengenang kisah di masa lalu tersebut. Di monumen itu, Megawati berkesempatan menaruh bunga mawar merah di depan monumen tersebut.
Setelah itu, Megawati bersama rombongan menuju ke dalam Museum Nasional untuk melihat lebih banyak lagi karya pameran seni rupa karya Dolorosa Sinaga. Megawati menyaksikan dengan detail karya seni milik Dolorosa Sinaga.
Dia pun mendapat penjelasan soal karya-karya yang ada di dalam Museum Nasional. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Megawati melihat pameran Dolorosa dengan tema Patung dan Aktivisme.
Hasto menuturkan, kehadiran Mega dalam pameran ini untuk memberikan penghormatan terhadap para seniman, budayawan serta pematung yang menyampaikan karya seninya lewat gagasan serta kreativitas serta semangat juang.
“Kehadiran Ibu Mega ini untuk memberikan penghormatan terhadap para seniman, budayawan dan para pematung kita yang menampilakan gagasannya penuh kreativitas dan juga mengandung semangat juang serta aspek-aspek historis untuk pembelajaran masa depan,” kata Hasto.
Diketahui, pameran seni rupa patung dan aktivisme karya Dolorosa Sinaga ini bercerita tentang karya monumen penghilangan paksa di Indonesia. Selain itu, kisah tentang seorang penjuang HAM perempuan bernama It Martadinata, sosok yang mungkin tidak diketahui sebelumnya, serta kisah tentang 40 buruh/pekerja perkebunan.
Ada juga monumen pembantaian massal Indonesia di tahun 1965-1966. Pameran tersebut berlangsung sejak 20 Juli hingga 19 Agustus 2024 mulai pukul 09.00 – 19.00 WIB.
(rca)