Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

BPMI MoU Program Peduli Thalasemia Dalam Penguatan Halal dan Kesehatan



loading…

Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menginisiasi kolaborasi strategis Program Peduli Thalasemia di Jakarta. Foto/Ist

JAKARTA – Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menginisiasi kolaborasi strategis Program Peduli Thalasemia di ruang VVIP Masjid Istiqlal, Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat.

Nasaruddin Umar mengatakan, pentingnya masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi sebagai pusat edukasi dan layanan sosial masyarakat, termasuk dalam isu kesehatan. Program tersebut mengedepankan prinsip halal dan thayyib pada produk herbal yang mendukung terapi thalasemia, seperti BRAZ 131.

“Masjid tak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga pusat peradaban dan kepedulian terhadap sesama, kami harap kolaborasi ini membawa dampak nyata bagi generasi muda bangsa. Kami memastikan keamanan, kehalalan, dan kebermanfaatan produk, sinergi riset dan inovasi halal di bidang farmasi akan menekankan aspek etika, kemaslahatan, dan keberlanjutan,” ujar Nasaruddin yang juga menjabat Menteri Agama (Menag) dalam keterangannya, Minggu (27/4/2025).

Program Peduli Thalasemia merupakan hasil sinergi antara Istiqlal Halal Center (IHC) yang dikomandani Nur Khayin Muhdlor, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) diwakilkan Adang Fisrmansyah, dan Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) melalui perwakilannya Oktariono Hendratama.

Ketua Pembina Yayasan Salman Peduli Berkarya, Heikal Safar menyebut, kegiatan itu dihadiri tokoh masyarakat dan perwakilan lembaga atau organisasi hingga Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI).

Acara itu ditandai peluncuran simbolis Program Skrining dan Edukasi Thalasemia yang menyasar 3.000 peserta pada tahap awal.

Para peserta akan mendapatkan layanan skrining genetik serta edukasi pencegahan penyakit yang jumlah penderitanya terus meningkat di Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2024, jumlah kasus thalasemia di Indonesia telah mencapai lebih dari 13.000, dengan konsentrasi tertinggi di Jawa Barat, khususnya kota Bandung.

“Peluncuran ini juga menandai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara lembaga-lembaga terkait untuk memperkuat kerja sama jangka panjang dalam integrasi nilai-nilai halal ke dalam sistem layanan kesehatan. Program bertujuan menggabungkan pendekatan iman, ilmu, dan aksi sosial dalam menciptakan ekosistem halal inovatif dan inklusif,” katanya.

Dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi lintas sektor, Program Peduli Thalasemia menjadi langkah konkret dalam membangun masa depan Indonesia lebih sehat dan berkeadilan, dengan masjid sebagai titik sentral gerakan sosial dan spiritual bangsa.

(shf)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *