Anomali Suara Partai Tertentu Meroket, Roy Suryo Ungkap Hal Mencengangkan



loading…

Pakar telematika, Roy Suryo merespons anomali atau keanehan tidak logis terhadap suara partai tertentu yang mendadak meroket. Foto/SINDOnews

JAKARTA – Pakar telematika, Roy Suryo merespons anomali atau keanehan tidak logis terhadap suara partai politik tertentu yang mendadak meroket. Sebab kata dia, bukannya ekonomi yang meroket seiring dengan naiknya harga bahan-bahan pokok belakangan ini.

“Namun justru perolehan angka segelintir partai malahan yang justru meroket, sementara partai lainnya tampak landai-landai saja,” kata Roy Suryo dalam keterangannya, Minggu (3/3/2024).

Kata meroket diungkapkan Roy Suryo, memang kata yang legendaris, mengingatkan pada janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat awal-awal berkuasa dahulu.

“Saat itu (2015) di depan banyak jurnalis, kalimatnya adalah “Sekarang Juni, Juli, nanti mulai agak meroket itu September, Oktober. Wuh, Nanti pas November Desember itu begini (sambil memperagakan tangan yang bergerak menunjuk ke atas,” ungkap Roy.

“Walhasil saat itu ekonomi kita tidak pernah meroket bahkan hingga sekarang, tidak pernah ada pernyataan maaf atau minimal penyesalan atas kalimat yang lebay dan tidak pernah terbukti tersebut,” sambungnya.

Pria kelahiran Yogyakarta, 18 Juli 1968 ini menegaskan, namun sekarang kata meroket itu memang benar-benar sedang terjadi pada perolehan partai tertentu, seperti PSI dan Partai Gelora.

Menurutnya, ini menunjukkan akselerasi yang luar biasa cepat dan tajam dibandingkan dengan perolehan partai-partai lainnya yang cenderung landai atau bahkan stagnan.

“Hal ini memang aneh, sebab kecenderungan/tren pergerakan perolehan partai biasanya masih akan berjalan serempak mengikuti pola perolehan yang sudah ada. Bahwa ada satu dua yang kemungkinan saling fluktuatif bisa dimaklumi, namun jarang atau bahkan tidak mungkin hanya partai tertentu saja yang naik, sedangkan lainnya tidak,” tuturnya.

Kata Roy, pandangan ini senada dengan yang disampaikan Burhanuddin Muhtadi, yang selama ini dikenal sebagai Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, sampai-sampai yang bersangkutan mengatakan “Saya tidak paham” (anomali ini).



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *