Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Angka Keguguran dan Bayi Lahir Prematur di Gaza Tinggi



loading…

Dokter Spesialis Obgyn dr Prita Kusumaningsih menjadi salah satu dokter spesialis yang mendapat kesempatan untuk menjalankan misi kemanusiaan sebagai tenaga medis di Gaza, Palestina. Foto/Felldy Utama

JAKARTA – Dokter Spesialis Obgyn dr Prita Kusumaningsih menjadi salah satu dokter spesialis yang mendapat kesempatan untuk menjalankan misi kemanusiaan sebagai tenaga medis di Gaza , Palestina. Prita tergabung dalam Emergency Medical Team (EMT 2) yang dikirim Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

Prita membagikan ceritanya saat melaksanakan tugas di Gaza. Mulanya, dia melihat jika tingkat kelahiran di sana sangat tinggi. “Ada sekitar 20 minimal, 20 persalinan di setiap hari, itu minimal, dan ini menurut para dokter di sana sudah menurun. Lebih banyak lagi ketika sebelum gencatan senjata,” kata Prita saat konferensi pers BSMI, di Jakarta Timur, Minggu (4/5/2025).

“Para warga dari utara dipaksa untuk pindah ke selatan, setelah terjadi gencatan senjata yang rumahnya di utara pada balik ke utara. Nah ini memang agak menurun,” sambungnya.

Baca juga: Kondisi Terkini Gaza, BSMI: Pelayanan Kesehatan hanya Mampu Bertahan 40 Hari

Tingkat persalinan yang sangat tinggi ini, dia menganggap sebagai sebuah berkah Allah yang diberikan kepada warga Palestina, khususnya Gaza. “Karena bagaimanapun juga harus mempertahankan generasi. Kelangsungan generasi di Gaza ini harus tetap ada sebagai penyeimbang dari terbunuhnya para bayi dan anak-anak,” ujarnya.

Namun, di samping tingginya angka persalinan di Gaza, dr. Prita mengungkap bahwa adanya tingkat persalinan prematur yang tinggi. “Dalam satu kesempatan saja, bisa ada 3 persalinan prematur, dan mereka lahir dengan berat badan yang tentu saja yang kurang,” tuturnya.

Ketika berkunjung ke ruang NICU, dia melihat ada bayi yang tengah dirawat di dalam inkubator dengan bobot atau berat 1.190 gram atau sekitar 1.2 kilogram.

“Itulah sebabnya ketika terjadi penyerangan di sebuah rumah sakit, maka para dokter ini selalu berteriak-teriak, bagaimana kami menyelamatkan para bayi ini. Karena memang mereka itu tidak berdaya. Kalau inkubator rusak, kehidupan mereka terancam,” kata dia.

Tak hanya tingginya persalinan prematur, dr. Prita juga mengungkap bahwa angka keguguran di sana juga sangat tinggi yang diakibatkan kelelahan sang ibu. Kelelahan fisik karena harus berpindah-pindah, kemudian hidup di tenda dengan peralatan serta kondisi yang sangat tidak memadai, kekurangan air bersih, kekurangan makan, hingga malnutrisi, serta kelelahan mental.

“Kelelahan mental karena bom, apalagi kalau ada anggota keluarga yang syahid, setegar-tegarnya mereka, mereka adalah manusia biasa. Mereka berusaha tegar, dan ini tercermin dengan kondisi setiap menceritakan keadaannya selalu diakhiri dengan kata alhamdulillah,” pungkasnya.

(rca)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *