Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

6 Bulan Pemerintahan Prabowo-Gibran, Kedaulatan Pangan Bukan Mimpi



loading…

Presiden Prabowo Subianto saat meluncurkan program Gerakan Indonesia Menanam (Gerina). Foto/Setpres

JAKARTA – Dalam enam bulan pertama Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, kedaulatan pangan diyakini bukan sebuah mimpi. Langkah-langkah Presiden Prabowo Subianto dalam membenahi sektor pangan nasional diapresiasi.

Sekretaris Jenderal Relawan untuk Majukan Indonesia (RUMI) Irfan Ahmad Fauzi menegaskan komitmen RUMI untuk terus mengawal agenda kedaulatan pangan sebagai bagian dari cita-cita besar Indonesia mandiri. “Kedaulatan pangan bukan mimpi, tapi proses yang sedang berjalan. Dan kami siap menjadi bagian dari gerakan besar ini,” ujarnya di Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Dia menilai pemerintahan Prabowo dalam waktu yang relatif singkat telah berhasil menggeser paradigma dari ketergantungan impor menjadi negara produsen yang percaya diri. “Enam bulan bukan waktu yang lama, tapi kita sudah menyaksikan hasilnya. Pemerintah tidak sekadar bicara kemandirian pangan, tapi benar-benar bekerja mencapainya,” ujar Irfan.

Indonesia, kata dia, berada di titik balik penting. Produksi beras nasional meningkat signifikan, petani lebih sejahtera, dan intervensi pemerintah hadir tepat pada waktunya, bukan hanya sebagai regulator, tapi juga sebagai pelindung kepentingan rakyat.

“Selama ini, petani kita seringkali dibiarkan bertarung sendirian. Harga jatuh, pupuk langka, infrastruktur terbatas. Tapi sekarang, kita mulai melihat perubahan: distribusi pupuk diperbaiki, harga panen dilindungi, dan Bulog aktif menyerap hasil tani,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, apa yang dilakukan pemerintahan Prabowo bukan hanya soal pangan, tetapi soal kedaulatan. Di tengah situasi global yang tidak menentu dan ketegangan geopolitik yang mengganggu rantai pasok dunia, Indonesia memilih berdiri di atas kemampuan sendiri.

“Negara-negara lain mulai menutup keran ekspor demi mengamankan kebutuhan domestik mereka. Di saat seperti ini, pilihan Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan pangan nasional adalah langkah strategis yang tepat dan visioner,” imbuhnya.

Irfan pun mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendorong keberpihakan pada petani. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang menjamin keuntungan petani dan reformasi sistem subsidi pupuk menunjukkan bahwa negara hadir secara konkret dalam mendukung sektor pertanian.

“Petani adalah pahlawan pangan, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, suara mereka didengar dan kebutuhan mereka dijawab. Ini bukan hanya soal produksi, ini soal martabat,” ucapnya.

Irfan menuturkan, capaian ini adalah hasil dari kemauan politik yang kuat dan keberanian untuk memutus rantai kebijakan yang selama ini melemahkan sektor domestik. “Kami di RUMI melihat bahwa pemerintahan saat ini punya kemauan untuk mematahkan dominasi rente impor yang selama ini menekan petani. Momentum ini harus dijaga. Kita tidak bisa lagi bergantung pada mekanisme pasar global yang tidak adil,” pungkasnya.

(rca)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *