Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Obesitas Pria dan Wanita Ternyata Berbeda, Ini Ciri-cirinya Menurut Dokter



loading…

Obesitas pada pria dan wanita ternyata memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dikenali. Obesitas kini menjadi salah satu ancaman serius bagi kesehatan. Foto/Freepik

JAKARTA Obesitas pada pria dan wanita ternyata memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dikenali. Obesitas kini menjadi salah satu ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, karena tak hanya memicu kenaikan berat badan, tetapi juga meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, belum lama ini kembali mengingatkan masyarakat tentang bahaya obesitas , khususnya bagi mereka yang memiliki ukuran lingkar pinggang atau celana di atas 33. Menurutnya, ukuran tubuh tersebut bisa menjadi indikator awal risiko masalah kesehatan serius.

Meski sudah banyak dibahas, masih banyak yang belum memahami bahwa obesitas pada pria dan wanita memiliki perbedaan mendasar. Hal ini diungkap oleh dr. Em Yunir, Sp.PD, KEMD, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

Menurut dr. Em Yunir, pola penumpukan lemak pada pria dan wanita tidak sama. “Ada perbedaan antara (ciri-ciri obesitas) laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki biasanya penumpukan lemak banyak di rongga perut. Kalau perempuan banyak di panggul,” kata dr. Em Yuri dalam acara virtual Serba Serbi Obesitas, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Waspada Perut Buncit, Ini 5 Makanan yang Bisa Bantu Cegah Obesitas

Namun, ia menekankan bahwa penumpukan lemak di perut, yang juga bisa terjadi pada wanita, justru lebih berbahaya karena berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Lemak di rongga perut atau lemak visceral ini diketahui bisa memicu pelepasan hormon-hormon yang memperparah kondisi tubuh.

“Jumlah lemak di rongga perut itu akan menyebabkan suatu risiko lain, menghasilkan hormon-hormon yang dapat menyebabkan munculnya perjalanan ke arah komplikasi. Seperti stroke, hipertensi hingga jantung,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dr. Em Yunir menjelaskan bahwa salah satu indikator praktis untuk mendeteksi obesitas adalah lingkar pinggang. Pria dikategorikan mengalami obesitas jika lingkar pinggangnya melebihi 90 cm, sementara untuk wanita, batasannya adalah 80 cm.

“Bisa dikatakan obesitas juga dilihat dari lingkar pinggang. Kalau laki-laki bisa dikatakan obesitas dengan lingkar pinggang mencapai 90 cm ke atas. Dan perempuan batasannya 40 cm bila memasuki lebih dr 80 itu sudah obesitas,” jelasnya.

Baca Juga: Tren Makanan Manis Meningkat, Yuk Cegah Obesitas dengan 5 Tips Sederhana Ini

Penyebab utama obesitas, lanjutnya, adalah ketidakseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas fisik. Pola makan tinggi kalori tanpa diimbangi dengan olahraga yang cukup akan menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh.

“Kalau makannya banyak, aktivitas juga harus banyak. Kalau itu seimbang, tidak akan terjadi obesitas,” pungkasnya.

Menyadari perbedaan karakteristik obesitas antara pria dan wanita dapat membantu dalam langkah pencegahan dan penanganan yang lebih tepat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memantau kondisi tubuh, menjaga pola makan sehat, dan rutin berolahraga agar terhindar dari risiko obesitas dan komplikasinya.

(dra)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *