Napak Tilas Pendaratan Soekarno di Gorontalo Menggunakan Pesawat Amfibi Catalina PB-504


loading…

Provinsi Gorontalo tak hanya menyuguhkan pesona wisata bahari yang memukau, wisatawan juga dapat mengeksplorasi jejak-jejak sejarah Indonesia di tempat ini. Foto/Dimas Andhika Fikri

GORONTALO – Provinsi Gorontalo tak hanya menyuguhkan pesona wisata bahari yang memukau, wisatawan juga dapat mengeksplorasi jejak-jejak sejarah Indonesia di tempat ini. Salah satu rekomendasi wisata yang menarik untuk dijajal adalah Museum Pendaratan Pesawat Amphibi Soekarno atau Iluta.

Museum Pendaratan Pesawat Amphibi Bung Karno merupakan cagar budaya yang terletak di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Gorontalo. Lokasinya cukup ideal bagi wisatawan karena dapat ditempuh sekira 9,5 KM atau 15 menit dari pusat kota.

Wisatawan tak perlu merogoh kocek berlebih karena biaya masuk ke museum ini gratis.

Di museum ini, tersimpan dokumentasi kedatangan Presiden pertama Indonesia tersebut ke Gorontalo dan barang-barang kuno bersejarah. Beberapa di antaranya seperti koleksi uang kertas kuno yang terbit di era awal kemerdekaan RI.

Napak Tilas Pendaratan Soekarno di Gorontalo Menggunakan Pesawat Amfibi Catalina PB-504

Foto/Dimas Andhika Fikri

Napak Tilas Pendaratan Soekarno di Gorontalo Menggunakan Pesawat Amfibi Catalina PB-504

Foto/Dimas Andhika Fikri

Selain itu terdapat pula tujuh buku dan radio transistor vintage. Salah satu buku yang dipajang berisi keterangan tentang pendaratan Soekarno di Gorontalo.

Kala itu, Presiden Soekarno mendarat untuk pertama kalinya di atas Danau Limboto pada 20 November 1951 menggunakan pesawat amfibi Catalina bernomor PB-504. Bersama dengan sang presiden, juga ikut Gubernur Sulawesi Sudiro dan Ruslan Abdulgani dari Kementerian Penerangan.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Kepala Departemen Umum Kementerian Dalam Negeri Soekartono, Gubernur Jawa Timur Paku Alam VIII, dan Kolonel Bambang Sugeng.

Tujuan kunjungan Soekarno di Gorontalo sendiri untuk meredam sejumlah pergolakan yang mulai muncul di beberapa daerah di Maluku dan Sulawesi pasca pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, 27 Desember 1949.

Karena museum ini terletak tepat di tepian Danau Limboto yang memiliki keindahan alam yang sejuk dan tenang, wisatawan dapat melalukan aktivitas lain seperti memancing ikan di pondok-pondok yang ada di sekitar museum, atau berswafoto di atas jembatan danau yang baru dibangun.

(dra)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *