Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Menggunakan Media Sosial Berlebihan Picu Sifat Mudah Tersinggung



loading…

Studi terbaru menunjukkan bahwa menggunakan media sosial berlebihan memicu sifat mudah tersinggung. Konten viral yang sering dibuat untuk memancing emosi. Foto/Getty Images

JAKARTA – Studi terbaru menunjukkan bahwa menggunakan media sosial berlebihan memicu sifat mudah tersinggung. Konten viral yang sering dibuat untuk memancing emosi, tren yang terlalu cepat berganti, serta perbandingan hidup yang tidak realistis dapat berdampak buruk pada kesehatan emosional pengguna.

Sebuah studi yang diterbitkan di JAMA Network Open ini mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama Instagram dan TikTok, dikaitkan dengan meningkatnya tingkat kecemasan, depresi, dan sifat mudah tersinggung.

Dilansir dari Times of India, Minggu (2/2/2025), penelitian yang dilakukan oleh Harvard Medical School ini menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan lebih banyak waktu di platform tersebut cenderung lebih sering merasa terganggu dan jengkel.

Penelitian ini melibatkan pengumpulan data dari orang dewasa muda (usia 18 tahun ke atas) tentang penggunaan media sosial mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa pengguna aktif platform seperti TikTok memperoleh skor rata-rata 3,37 poin lebih tinggi pada skala iritabilitas dibandingkan mereka yang tidak menggunakan media sosial secara berlebihan.

Namun, tidak semua platform media sosial memiliki dampak yang sama. Peneliti menyarankan penggunaan media sosial yang lebih bijak untuk meminimalkan efek negatif pada kesejahteraan psikologis dan emosional.

Studi ini menjelaskan beberapa alasan utama mengapa media sosial dapat menyebabkan perasaan mudah tersinggung:

1. Informasi Berlebihan

Media sosial membanjiri pengguna dengan tren, notifikasi, dan konten yang terus-menerus, yang memicu stres dan perasaan fear of missing out (FOMO).

2. Perbandingan Sosial



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *