Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Gula Merah Disebut Bisa Jadi Doping Para Pelari, Mitos Atau Fakta?



loading…

Selama ini gula sering dicap sebagai musuh kesehatan, apalagi bagi mereka yang ingin menjaga berat badan atau menghindari risiko diabetes. Foto/SINDOnews.

JAKARTA – Selama ini gula sering dicap sebagai “musuh kesehatan”, apalagi bagi mereka yang ingin menjaga berat badan atau menghindari risiko diabetes. Namun, benarkah semua jenis gula buruk, termasuk bagi pelari atau atlet yang membutuhkan energi ekstra?

Belakangan, gula merah bahkan disebut-sebut bisa menjadi “doping alami” bagi pelari. Mitos atau fakta ya? Berikut ulasannya, dilansir dari laman Fast Running, Minggu (22/6/2025).

Tubuh manusia, terutama otak, membutuhkan sekitar 120 gram glukosa per hari untuk menjalankan berbagai proses metabolisme.

Baca juga: Perempuan Ini Selalu Lari Maraton Setiap Hari Sepanjang Tahun

Bagi pelari yang rutin melakukan latihan berat dan berintensitas tinggi, kebutuhan energi ini meningkat drastis.

Nah, glukosa, yang merupakan bentuk sederhana dari gula memang bisa menjadi sumber energi utama yang cepat diserap tubuh.

Baca juga: Pelari Uganda Dibakar Pacarnya setelah Berkencan, Ternyata Itu Bukan Kasus Pertama

Di sinilah gula, termasuk gula merah, punya peran penting. Sebagai karbohidrat sederhana, gula memberikan lonjakan energi instan yang bisa sangat membantu sebelum atau sesudah latihan berat.

Batasan Konsumsi Gula Menurut Panduan Nasional

Sebuah laporan dari SACN (Scientific Advisory Committee on Nutrition) di Inggris merekomendasikan, bahwa asupan gula tambahan sebaiknya tidak melebihi 5% dari total energi harian, atau sekitar 30 gram (7 sendok teh) per hari untuk orang dewasa.

Ini termasuk gula pasir , gula merah, madu, sirup maple, agave, sirup jagung tinggi fruktosa, dan gula kelapa.

Namun, panduan ini ditujukan untuk populasi umum. Bagi pelari yang berlatih 4–7 kali seminggu atau lebih, kebutuhan energi mereka tentu berbeda. Dalam konteks atletik, tidak semua gula harus dihindari secara ketat.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *