Cara Tangani Penyakit Hepatitis pada Anak, Orang Tua Harus Tahu



loading…

Hepatitis adalah suatu penyakit yang menyerangang organ hati. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak. Foto Ilustrasi/iStock

JAKARTA – Hepatitis adalah suatu penyakit yang menyerangang organ hati. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak.

Penyakit hepatitis perlu diwaspadai karena mudah menyerang anak melalui virus yang ditularkan dari kebiasaan mereka sehari-hari. Jika dibiarkan, hepatitis pada anak dapat mengakibatkan sirosis atau kerusakan hati dan menyebabkan gagal hati.

Namun, tak perlu khawatir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan tips penanganan hepatitis pada anak.

Dokter Spesialis Konsultan Gastrohepatologi Anak dr. Ade Rachmat Yudianto, MKedPed, Sp.A(K) menjelaskan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah orang tua harus waspada mengenai gejala awal hepatitis. Pasalnya, penyakit yang disebabkan oleh virus ini gejalanya sama seperti flu.

“Diawali dengan demam, diare, mual, muntah, sakit perut,” beber dr. Ade dalam webinar IDAI baru-baru ini.

Dokter Ade menambahkan, ketika anak sudah mengalami gejala seperti itu sebaiknya segera membawanya ke rumah sakit.

“Yang paling penting, meskipun gejala awal mirip flu biasa, segera arahkan ke nakes terdekat untuk memastikan apakah ini hepatitis atau tidak,” jelas Ade.

Selain itu, pastikan anak untuk beristirahat total dan hindari dehidrasi. Dan penting juga untuk memantau perubahan warna urine atau tinja pada anak, karena hepatitis bisa mengakibatkan kolestasis atau hambatan aliran empedu.

“Beberapa orang mungkin mengalami perubahan warna urine menjadi seperti teh, yang mungkin menandakan masalah hati. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan nakes terdekat jika ada perubahan warna ini,” kata dr. Ade.

Dokter Ade mengimbau para orang tua untuk tidak lalai dalam melakukan penanganan pada anak yang memiliki gejala hepatitis. Sebab bila sudah memasuki fase lanjut, risikonya akan lebih parah.

“Bisa gagal hati sangat meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran yang serius dan bahkan memerlukan transplantasi hati,” pungkas dr. Ade.

(tsa)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *