loading…
Tidak sedikit pasien yang memilih mengatasi penyakit berat hingga kronis menggunakan obat tradisional. Salah satunya adalah penyakit HIV/AIDS. Foto Ilustrasi/iStock
Tak hanya penyakit ringan, tidak sedikit dari mereka yang memilih mengatasi penyakit berat hingga kronis menggunakan obat tradisional. Salah satunya adalah penyakit HIV/AIDS.
Lantas, apakah HIV/AIDS bisa diatasi dengan obat tradisional?
Hematologi-Onkologi Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD menegaskan, penyakit HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan dengan obat tradisional. Salah satu obat yang harus dikonsumsi oleh pasien HIV/AIDS adalah antiretroviral (ARV).
“Tanpa mengonsumsi ARV, semua orang yang terinfeksi HIV, lambat atau cepat akan memburuk kesehatannya dan meninggal,” ujar Prof Zubairi, dikutip dari akun X @profesorzubairi, Sabtu (12/10/2024).
ARV merupakan terapi yang dianjurkan oleh dokter. Terapi ini terdiri dari kombinasi obat antiviral untuk infeksi HIV. Pengobatan dengan obat ARV dianjurkan untuk semua orang dengan HIV/AIDS (ODHA), terlepas dari seberapa lama terinfeksi atau seberapa sehat kondisinya.
“Artinya manfaat ARV jelas sekali, dapat menyelamatkan nyawa, memperbaiki kualitas hidup, namun memang ada efek sampingnya, yang bisa diobati dan bisa diantisipasi,” jelasnya.
Mengenai obat tradisional, beras kencur, kunyit, cabe puyang, daun pepaya, jahe, semuanya memang baik untuk menjaga kesehatan dan terbukti aman setelah ratusan tahun dipakai oleh nenek moyang kita. Namun, posisi obat tradisional itu adalah pengobatan tambahan (suportif), bukan untuk mengobati dan membunuh virus HIV. Artinya, ARV wajib dikonsumsi jangka panjang, boleh ditambah obat tradisional, beras kencur misalnya.
“Prinsipnya ARV harus terus dilanjutkan. Buah-buahan dan sayur juga perlu setiap hari dimakan untuk menjaga kesehatan. Buah dapat berupa tomat, mangga, pisang, pepaya, jambu, atau buah merah. Semua sama baiknya untuk kesehatan tubuh kita,” papar Prof. Zubairi.
“Demikian pula sayur, boleh kacang panjang, bayam, kangkung, labu siam, wortel, daun singkong atau yang lain,” tutup Prof. Zubairi.
(tsa)