Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

5 Obat yang Berisiko Menyebabkan Sindrom Stevens Johnson, Penyakit Kulit yang Diduga Diidap Jokowi



loading…

Obat yang berisiko menyebabkan Sindrom Stevens Johnson, penyakit kulit langka yang diduga diidap Joko Widodo (Jokowi), perlu diwaspadai karena memicu reaksi. Foto/Freepik

JAKARTA Obat yang berisiko menyebabkan Sindrom Stevens Johnson (SJS), penyakit kulit langka yang diduga diidap Joko Widodo (Jokowi), perlu diwaspadai karena dapat memicu reaksi serius yang mengancam jiwa. SJS biasanya muncul sebagai respons ekstrem terhadap konsumsi obat-obatan tertentu.

Mulai dari obat asam urat hingga antibiotik sulfonamida, dan sering kali Sindrom Stevens Johnson diawali dengan gejala ringan seperti demam sebelum berkembang menjadi lepuhan dan pengelupasan kulit. Mengingat bahayanya, mengenali jenis obat pemicu dan gejala awal sangat penting untuk mencegah komplikasi berat.

Termasuk infeksi sistemik, kerusakan mata, hingga gagal napas. Sementara itu, dugaan Jokowi mengidap Sindrom Stevens Johnson muncul setelah tampak perubahan signifikan pada kondisi kulit wajah dan leher sang mantan presiden dalam beberapa penampilan terakhirnya.

Selain itu, ajudan pribadi Jokowi, Kompol Muhammad Fitriansyah mengatakan bahwa Presiden Indonesia ke-7 tersebut tidak dapat hadir pada upacara Hari Lahir Pancasila 2 Juni 2025 karena mengidap penyakit kulit. “Beliau masih proses penyembuhan dari alergi kulit,” kata Muhammad Fitriansyah.

Baca Juga: Mengenal Sindrom Stevens Johnson Penyakit Langka Serius yang Diduga Diidap Jokowi

Dilansir dari Mayo Clinic, Kamis (5/6/2025), Sindrom Stevens Johnson umumnya diawali dengan gejala mirip flu, seperti demam, batuk, dan nyeri tenggorokan, kemudian berkembang menjadi ruam kulit yang menyakitkan, disertai lepuhan dan pengelupasan lapisan atas kulit. Kondisi ini juga dapat menyerang selaput lendir pada mata, mulut, dan organ kelamin, menyebabkan rasa nyeri hebat serta kesulitan makan dan minum.

Dalam kasus yang lebih parah, Sindrom Stevens Johnson dapat berkembang menjadi toxic epidermal necrolysis (TEN), yang melibatkan kerusakan kulit hingga lebih dari 30 persen permukaan tubuh. TEN memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi, sementara SJS memiliki angka kematian antara 1 persen hingga 5 persen.

5 Obat yang Berisiko Menyebabkan Sindrom Stevens Johnson

Meskipun tidak semua obat akan memicu reaksi ini, sejumlah obat diketahui memiliki hubungan kuat dengan timbulnya Sindrom Stevens Johnson. Berikut adalah lima kelompok obat yang paling sering dikaitkan:

1. Allopurinol

Obat yang umum diresepkan untuk menurunkan kadar asam urat ini tercatat sebagai salah satu pemicu utama SJS, terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau yang memiliki faktor genetik tertentu.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *