Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Utang AS Rp565.459 Triliun, Bankir Wanti-wanti Bakal Meledak di Bawah Komando Trump



loading…

Utang nasional Amerika diperkirakan bakal meledak di bawah komando Donald Trump usai memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) lagi. Peringatan ledakan utang nasional AS disampaikan oleh para bankir top. Foto/Dok

WASHINGTON – Utang nasional Amerika diperkirakan bakal meledak di bawah komando Donald Trump usai memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) lagi. Peringatan ledakan utang nasional AS disampaikan oleh para bankir top di Institute of International Finance (IIF).

Analis pada lembaga yang berbasis di Washington ini mengatakan, rencana pengurangan pajak oleh Trump tanpa pemotongan pengeluaran, pada saat yang sama bakal mendorong utang nasional AS naik dari sekitar 100% PDB saat ini menjadi lebih dari 135% dalam waktu satu dekade ke depan.

Lonjakan inflasi juga membayangi AS, karena Trump sempat menyatakan akan mengenakan tarif 10%-20% pada sebagian besar produk impor. Memasang tarif tinggi impor pada akhirnya akan berujung pada kenaikan harga barang-barang, yang kemudian bakal ditanggung konsumen.

Utang nasional AS saat ini sudah mendekati USD36 triliun atau setara Rp565.459 triliun (kurs Rp15.707 per USD) dan IIF memperingatkan utang tersebut dapat mencapai lebih dari 150% terhadap PDB jika pemotongan pajak Trump lebih besar dari yang diperkirakan.

Beberapa rencana Trump lainnya termasuk membuat upah lembur dan tip menjadi bebas pajak. Kebijakan semacam itu menurut para analis di IIF, bakal merangsang pengeluaran dan juga akan menghidupkan kembali inflasi.

Presiden terpilih Donald Trump sempat mengatakan, ingin menaikkan pajak atas barang-barang impor, membawa pendapatan tambahan untuk kas negara dan, mudah-mudahan merangsang manufaktur lokal. Namun ekonomi mengkhawatirkan, semua itu juga akan memicu inflasi dengan membuat barang-barang buatan luar negeri menjadi lebih mahal.

Tekanan harga seperti itu kemungkinan akan memaksa Federal Reserve alias the Fed untuk meninggalkan rencananya memangkas suku bunga. Dimana IIF memperkirakan, bakal membuat biaya pinjaman lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

“Penurunan suku bunga baru-baru ini telah menjadi bagian dari strategi Fed (bank sentral AS) untuk mendukung pertumbuhan, namun ekspansi fiskal di bawah Trump dapat memaksa Fed mempertimbangkan kembali jalur ini, terutama jika risiko inflasi muncul lebih cepat dari yang diantisipasi,” ungkap Analis seperti dilansir Telegraph.

Biaya pinjaman jangka panjang telah meningkat tajam di pasar keuangan untuk mengantisipasi utang AS yang lebih tinggi dan lonjakan suku bunga untuk jangka panjang. Imbal hasil treasury 30-tahun, seperti obligasi AS diketahui sudah naik dari level terendah di bawah 4% pada bulan September menjadi lebih dari 4,5% pada hari ini.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *