Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Utang AS Bisa Meledak Tambah Rp240.000 Triliun, Apa yang Terjadi dengan Ekonomi Global?



loading…

Utang publik AS terus meningkat mencapai tingkat mengkhawatirkan yang belum pernah terjadi sebelumnya. FOTO/iStock

JAKARTA – Saat ekonomi global mencoba untuk stabil setelah bertahun-tahun mengalami ketidakpastian, utang publik Amerika Serikat (AS) menarik perhatian baru. Tingkat utang yang mencapai 125% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024 dan meningkatnya defisit anggaran mengkhawatirkan lembaga-lembaga internasional terutama Bank Sentral Eropa (ECB).

Wakil Presiden Bank Sentral Eropa, Luis de Guindos mengungkapkan kekhawatiran dan potensi dampaknya terhadap zona euro. Utang publik AS terus meningkat mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Demikian ungkap Luis de Guindos, wakil presiden ECB, dalam sebuah konferensi perbankan di Frankfurt.

Berdasarkan data terbaru, jumlah utang publik AS saat ini mencapai 125% dari PDB. Defisit anggaran, pada bagian lain, melonjak menjadi 6,4% dari PDB pada tahun 2024, naik dari 6,2% pada tahun sebelumnya.

“Utang dapat meledak dengan tambahan USD15 triliun (atau setara Rp240.000 triliun) selama dekade berikutnya, menurut Committee for a Responsible Federal Budget (CRFB),” kata Luis, dilansir dari Contribune, Kamis (21/11/2024).

Menurut dia skenario ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan AS untuk mengatasi ketidakseimbangan anggaran. Situasi seperti ini sebagian merupakan hasil dari kebijakan ekonomi.

Janji pemotongan pajak yang dikombinasikan dengan mempertahankan belanja publik berisiko memperburuk ketidakseimbangan anggaran. Selain itu, tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan pajak. Dinamika ini, yang disebut sebagai “proteksionisme XXL” sudah membebani nilai dolar, yang terapresiasi terhadap euro, sehingga mengganggu neraca perdagangan trans-Atlantik.

Di luar batas-batas Amerika, utang kolosal AS merupakan ancaman langsung terhadap ekonomi global. Terlebih lagi, dengan 23% dari utang ini dipegang oleh investor asing, sebuah krisis dapat secara signifikan mempengaruhi pasar keuangan internasional. Maria Vassalou, direktur Pictet Research Institute, merangkum situasi ini:

“Seluruh dunia akan mengalami banyak kerugian jika terjadi krisis utang AS, karena mereka membiayai defisit Amerika dengan membeli dolar, obligasi negara, dan saham-saham Amerika.”

Kekhawatiran semakin meningkat karena kebijakan-kebijakan ekonomi yang proteksionis meningkatkan ketegangan perdagangan dan mengurangi stabilitas pasar. Untuk zona euro, potensi konsekuensinya juga sama signifikannya. Sementara ECB berusaha untuk menstabilkan inflasi di sekitar 2%, kinerja ekonomi yang buruk pada kuartal terakhir menunjukkan penurunan produktivitas dan prospek pertumbuhan yang direvisi ke bawah.

Luis de Guindos memperingatkan bahwa “cyclical headwinds” ini memperburuk masalah struktural zona euro, sehingga membahayakan upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Jika AS tetap menarik bagi para investor karena kemampuannya untuk menerbitkan utang dalam mata uangnya sendiri, meningkatnya ketegangan dan kebijakan proteksionisme dapat membalikkan dinamika ini.

Manajemen yang bijaksana atas tantangan-tantangan ini akan sangat penting untuk menghindari krisis keuangan global. Pada saat yang sama, zona euro harus memperkuat mekanisme ekonominya untuk melindungi diri dari potensi gejolak. Utang Amerika mencerminkan ketidakseimbangan global dan membutuhkan koordinasi internasional untuk menstabilkan sistem keuangan yang semakin saling terhubung.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *