Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Upaya Dedolarisasi BRICS Diramal Bisa Berakhir Mulai Tahun Depan



loading…

Upaya dedolarisasi oleh BRIC diperkirakan bisa berhenti mulai tahun depan seiring perubahan kepemimpinan AS. FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Kendati telah menjadi fokus BRICS selama dua tahun terakhir, upaya dedolarisasi aliansi tersebut diperkirakan bisa berakhir pada tahun 2025. Hal itu berkaitan dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Mengutip Watcher Guru, dengan terpilihnya Presiden Donald Trump, hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dapat mengatur perubahan besar dalam perspektif kelompok tersebut. Sejak Trump memenangkan pemilihan 2024, Putin telah memastikan bahwa ia tidak lagi tertarik untuk meninggalkan dolar AS.

Isu dedolarisasi kian gencar setelah tahun 2022 dengan dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. Hal itu membuat Barat bertindak, dengan dipimpin Amerika Serikat untuk memberikan sanksi kepada negara tersebut sebagai tanggapan atas aksi militernya. Invasi tersebut memicu peningkatan kerja sama dengan aliansi BRICS Selatan global. Secara khusus, Rusia berusaha untuk membuat rencana untuk mengurangi ketergantungan internasional pada dolar AS.

Namun, banyak hal telah berubah setelah dua tahun berlalu. Secara khusus, setelah Trump kembali menjabat, sentimen dari presiden Rusia telah berubah drastis. Dengan perkembangan ini, sikap blok BRICS dinilai dapat berubah, dan tahun 2025 bisa menjadi akhir dari upaya de-dolarisasi yang sedang berlangsung.

Sebuah laporan Reuters mencatat bahwa Putin telah menyatakan kesediaannya untuk duduk bersama Donald Trump dan membahas untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Meskipun ia memiliki persyaratan yang luas, keterbukaannya untuk gencatan senjata tetap merupakan kemajuan. Selain itu, hal itu terjadi karena ia telah mencela keinginan untuk benar-benar meninggalkan dolar AS setelah Trump terpilih sebagai Presiden AS yang sedang menjabat.

Trump telah berterus terang tentang pendiriannya mengenai dedolarisasi. Presiden ke-45 tersebut juga vokal untuk mengakhiri perang Ukraina. Kedua hal itu dapat mengubah pandangan negara-negara yang sebelumnya menaruh kepercayaan mereka pada dedolarisasi BRICS. Tak hanya itu, bukan hal yang mustahil pila untuk melihat peningkatan kerja sama Rusia dan AS.

Di bagian lain, analis dari bank investasi terkemuka Morgan Stanley memperkirakan bahwa dolar AS akan tetap menjadi mata uang dominan untuk jangka waktu yang lebih lama meskipun ada tantangan dari BRICS. Analis bank tersebut menyoroti bahwa dalam hal ketidakstabilan keuangan, investor akan berbondong-bondong kembali ke dolar AS dan bukan yuan China.

Secara historis, dolar AS telah mempertahankan stabilitas selama krisis pasar sementara mata uang lokal lainnya anjlok. Dolar AS dapat menahan cambukan pasar mata uang karena didukung oleh perdagangan global, kata Morgan Stanley tentang inisiatif de-dolarisasi BRICS.

“Mata uang mana yang ingin Anda miliki ketika pasar saham global mulai jatuh? Dan ekonomi global cenderung menuju resesi?” kata James Lord, Kepala Strategi Valuta Asing Morgan Stanley. “Anda ingin memposisikan diri dalam dolar AS karena secara historis itulah reaksi nilai tukar terhadap peristiwa semacam itu.” Sebagai kesimpulan, Morgan Stanley memprediksi bahwa dolar AS akan bertahan melawan serangan aliansi BRICS.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *