Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Uni Eropa Mempertimbangkan Kembali Pakai Gas Rusia



loading…

Pejabat Uni Eropa (UE) diklaim sedang membahas kemungkinan untuk melanjutkan impor gas Rusia sebagai bagian dari perjanjian perdamaian di Ukraina. Foto/Dok

BRUSELLS – Pejabat Uni Eropa (UE) diklaim sedang membahas kemungkinan untuk melanjutkan impor gas Rusia sebagai bagian dari perjanjian perdamaian di Ukraina. Seretnya pasokan gas Rusia ke UE telah menjadi perdebatan di antara negara-negara anggotanya.

Terutama setelah Brussels meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi murah Rusia menyusul eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022. Pemulihan pengiriman gas Rusia melalui pipa dilaporkan dapat menjadi bagian dari kesepakatan damai Ukraina, seperti dilansir Financial Time.

Pendukung proposal tersebut, termasuk di antaranya para pejabat dari Jerman dan Hongaria, dimana mereka berpendapat bahwa mengembalikan impor gas Rusia dapat menurunkan harga energi di Eropa. Selain itu bisa mendorong Moskow untuk terlibat dalam negosiasi, tulis FT, mengutip sumber mengetahui masalah ini.

Mereka menyakini bahwa langkah seperti ini akan memberikan insentif bagi pihak-pihak yang berkonflik untuk menegakkan gencatan senjata. “Ada tekanan dari beberapa negara besar dalam keanggotaan terkait harga energi dan ini adalah salah satu cara untuk menurunkannya, tentu saja,” kata seorang pejabat kepada FT.

Namun, gagasan itu dilaporkan telah ‘membuat marah’ para pejabat di Brussels dan diplomat dari beberapa negara Eropa Timur, yang secara tradisional menjadi kritikus Rusia yang paling keras. Mereka khawatir tentang peningkatan pendapatan ekspor Moskow dan membalikkan upaya mengurangi ketergantungan pada energi Rusia.

Sementara itu Moskow meragukan rencana tersebut bakal terwujud. “Uni Eropa tidak mungkin siap untuk memulai kembali pembelian gas Rusia dalam waktu dekat,” ungkap Wakil Ketua Pertama Komite Energi Duma Negara, Igor Ananskikh mengatakan kepada Lenta.ru.

Rusia berulang kali menyatakan bahwa mereka siap untuk melanjutkan pasokan gas ke Eropa dan melayangkan kritik keras terhadap sanksi Barat dan UE. Kremlin menyatakan, bahwa sanksi tersebut menyebabkan lebih banyak kerusakan pada Uni Eropa daripada Moskow.

Uni Eropa diketahui menghadapi penurunan drastis terkait impor gas Rusia karena sanksi terkait Ukraina dan sabotase pipa Nord Stream pada tahun 2022, yang merupakan saluran utama gas Rusia ke UE. Ditambah per 1 Januari 2025, Ukraina menghentikan transit gas Rusia melalui wilayahnya setelah perjanjian dengan Moskow berakhir.

Sebelumnya gas Rusia menyumbang sekitar 40% dari total pasokan UE. Ketika UE meningkatkan impor gas alam cair (LNG) dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan Norwegia untuk menggantikan pasokan, yang terjadi justru menaikkan harga energi.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *