Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Tulang Punggung Ekonomi RI, Kelas Menengah Bertahan Hidup dari Makan Tabungan



loading…

Kelas menengah masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Namun di tengah ketidakpastian ekonomi, ada perubahan perilaku finansial yang memaksa kelas menengah bertahan hidup dengan makan tabungan. Foto/Dok

JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Dijiwandono mengungkapkan, kelas menengah masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia . Pasalnya lebih dari 70% konsumsi berasal dari kelas menengah .

Namun di tengah ketidakpastian ekonomi, ada perubahan perilaku finansial kelas menengah. Hal ini diungkap dalam survei Katadata Insight Center (KIC) dengan tema Kelas Menengah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.

Sebanyak 70% responden melakukan perencanaan keuangan. Satu dari dua responden memisahkan anggaran untuk tagihan dan keperluan harian. Selain itu lebih dari 40% responden mencatat pengeluarannya.

“Perilaku positif juga tercermin saat kelas menengah mengalami pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Mayoritas responden (76,3 persen) memilih untuk menggunakan tabungan alias makan tabungan untuk bertahan hidup,” kata Direktur Riset KIC, Gundy Cahyadi di dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE)

Ini artinya hanya sebagian kecil yang memilih opsi-opsi pinjaman berbunga (masing-masing kurang dari 15%). Perilaku ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang tergolong baik, lantaran mereka cenderung menghindari utang dan lebih mengandalkan cadangan keuangan pribadi untuk bertahan hidup.

“Kelas menengah mengalokasikan 19,3 persen penghasilan untuk tabungan. Sebagian besar berencana menggunakan tabungan ini sebagai dana darurat,” tutur Gundy.

Sementara itu lanjutnya, alokasi anggaran untuk tujuan jangka panjang atau perencanaan masa depan relatif masih rendah. Pada dasarnya, perencanaan keuangan jangka panjang memang belum menjadi prioritas bagi kelas menengah.

Di sisi lain, demi memenuhi biaya hidup maka kelas menengah menjalankan pekerjaan sampingan. Survei KIC mencatat, hampir 50% masyarakat di segmen ini memiliki pekerjaan sampingan alias side hustle.

Ada tiga alasan terbanyak yang melatarbelakangi mereka menekuni pekerjaan sampingan, yaitu untuk menambah pendapatan (70,6 persen), meningkatkan tabungan (42,2 persen), dan mencapai tujuan finansial (30,7 persen). Perkara passion justru tak masuk di dalam top 3 ini.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *