Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Trump Tunda Tarif ke Puluhan Negara Selama 90 Hari, China Tetap Digebuk 125%



loading…

Presiden Donald Trump saat meluncurkan perang tarif dengan hampir semua mitra dagang Amerika di Rose Garden, Gedung Putih, 2 April 2025. FOTO/AP

JAKARTA – Presiden Donald Trump menunda pemberlakukan tarif selama tiga bulan penuh kepada sejumlah negara mitra dagang, kecuali China. Sebuah keputusan yang mengejutkan dari seorang presiden yang bersikeras bahwa tarif yang tinggi secara historis akan tetap berlaku.

Namun, tarif yang sangat tinggi akan tetap diberlakukan terhadap China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Faktanya, Trump mengatakan bahwa tarif tersebut akan dinaikkan menjadi 125% dari 104% setelah China mengumumkan tarif pembalasan tambahan terhadap Amerika Serikat pada Rabu (9/4). Semua negara lain yang dikenakan tarif balasan akan kembali turun ke tarif universal 10%.

“Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang telah ditunjukkan oleh China kepada Pasar Dunia, dengan ini saya menaikkan Tarif yang dibebankan kepada China oleh Amerika Serikat menjadi 125%, berlaku efektif segera,” kata Trump dalam unggahannya di media sosial dikutip dari CNN, Kamis (10/4).

“Pada titik tertentu, semoga dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu Amerika Serikat, dan Negara-negara lain, tidak lagi dapat dipertahankan atau diterima,” tulisnya.

Berbicara kepada para wartawan setelah pengumuman tersebut, Trump mengatakan, “Belum ada yang selesai, tetapi kami memiliki semangat yang luar biasa dari negara-negara lain, termasuk China. China ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya.”

Tarif yang lebih tinggi pada China muncul setelah Beijing mengumumkan tarif pembalasan baru sebesar 84% untuk barang-barang AS yang akan mulai berlaku pada hari Kamis. Pemerintahan Trump telah membidik secara khusus praktik-praktik perdagangan China.

“Kita akan melihat apa yang dilakukan oleh China, tetapi yang saya yakini adalah apa yang dilakukan oleh China akan mempengaruhi ekonomi mereka lebih banyak daripada ekonomi kita,” ujar Bessent.

Asisten profesor ekonomi terapan dan kebijakan di Cornell University, Wendong Zhang, mengatakan Trump meningkatkan tekanan kepada China dengan harapan Presiden Xi Jinping akan tunduk. Namun, China bersumpah untuk berjuang sampai akhir dan ada risiko eskalasi yang lebih besar lagi.

Para ekonom secara signifikan meningkatkan perkiraan resesi setelah Trump melanjutkan kebijakan perang dagang yang menyerukan tarif setinggi 50% yang berdampak pada lusinan negara. Meskipun jeda 90 hari disambut baik oleh para investor, namun hal ini tidak mungkin mencegah resesi, kata Joe Brusuelas, Kepala Ekonom RSM AS.

“Perasaan saya di sini adalah bahwa ekonomi AS masih mungkin jatuh ke dalam resesi, mengingat tingkat guncangan simultan yang diserapnya,” kata Brusuelas dalam sebuah wawancara. “Semua ini hanya menunda untuk sementara waktu apa yang mungkin akan menjadi serangkaian pajak impor yang menghukum yang dikenakan pada sekutu dagang AS.”

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *