Transformasi dan Inovasi Rantai Pasok Bulog untuk Kedaulatan Pangan



loading…

Masyarakat antre membeli produk pangan bersubsidi di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Foto: Anton Chrisbiyanto/SINDOnews

MASALAH pangan menjadi perhatian serius negara-negara di dunia. Perubahan iklim hingga ketersedian pasokan atau stok menjadi isu utama yang kini sedang dihadapi. Banyak negara yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan pangannya dari impor. Pemerintah Indonesia bertekad untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional secara mandiri dengan memperkuat rantai pasok hingga tingkat masyarakat sebagai konsumen akhir.

baca juga: Bulog Melintas Zaman

Pasar induk beras Cipinang Jakarta Timur masih saja ramai meski terik matahari menyengat kulit. Suryanto (43) kuli angkut di salah satu gudang beras Blok Q bersemangat memindahkan karung-karung beras dari dalam gudang ke truk yang akan mengangkut beras ke Serang, Banten.

Di pasar beras terbesar di Indonesia yang dikelola PT Food Station Tjipinang Jaya, Suryanto tak sendirian, puluhan orang kuli angkut beras dengan keringat bercucuran, tampak sibuk memindahkan beras dari gudang ke atas truk yang berjajar rapi. “Dikirim ke Serang, juga wilayah Jabodetabek,” ungkapnya kepada SINDOnews, kemarin.

Menurut dia, suplai beras selalu lancar sejak awal tahun. Malahan, terkadang terjadi surplus karena pasokan lebih besar dari permintaan. Dessy, pekerja di salah satu gudang beras di pasar induk beras Cipinang mengungkapkan, harga makanan pokok masyarakat itu cenderung stabil. “Harganya stabil. Jika mulai naik, Bulog turun tangan menyuplai beras. Harga terkendali,” ucapnya.

Dia menambahkan, beras-beras yang dijualnya selain dari pemasok swasta, juga ada yang dipasok dari Bulog. “Jenis beras bermacam varian, kami juga mendistribusikan dan menjual beras dari Bulog,” tuturnya. Beras-beras yang dijualnya berasal dari Karawang, Indramayu Jawa Barat, dan beberapa wilayah di Jawa Timur.

“Ada yang dari Karawang, Magetan. Banyak jenisnya,” tuturnya. Dua provinsi di Jawa itu memang menjadi kontributor terbesar padi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2023, Jawa Barat memproduksi 9,14 juta ton padi. Di tahun yang sama, Jawa Timur memproduksi 9,71 juta ton.

Selain sebagai sentra beras, pasar induk beras Cipinang juga dijadikan lokasi penjualan produk pangan bersubsidi untuk warga Jakarta. Ratusan warga tampak antre untuk membeli produk pangan murah senilai Rp126 ribu per paket. Mereka antre dengan tertib sejak pukul 09:00 wib.

“Masing-masing hanya bisa membeli satu paket, sesuai data di KJP,” ungkap Lilis, warga Rawa Teratai, Jakarta Utara. Lilis datang ke Food Station pasar induk beras Cipinang mengendarai motor matik bernopol B 2220 UMX. Tak sendirian, Lilis ditemani tetangganya. Nurlaila yang juga membeli bahan pangan murah itu.

Bagi Lilis, dengan tanggungan empat orang anak, program pangan murah dengan akses mendapatkan produk yang mudah, sangat membantu hidupnya. Terlebih, untuk pemenuhan gizi anak-anaknya. Selain di Food Station, Lilis dan Nurlaila juga mendapatkan jatah beras dari pemerintah, karena keduanya masuk ke dalam kategori masyarakat tak mampu. “Untuk beras dari pemerintah, beras Bulog. Sebulan sekali dapat 10 kilogram. Di food station ini juga beras Bulog, kualitasnya bagus,” imbuhnya.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *