Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Tinggalkan Eropa, Rusia Perluas Pasokan Gas ke Pasar Asia Tengah



loading…

Rusia diperkirakan bakal meningkatkan pasokan gas ke Asia Tengah, juga ke China dan India. FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Bertepatan dengan Tahun Baru 2025, gas Rusia berhenti mengalir ke Uni Eropa ( UE ) setelah Ukraina menolak memperpanjang kontrak transit gas melalui wilayahnya. Kendati demikian, hal itu tidak lantas membuat gas Rusia kehilangan pasarnya.

Rusia justru diperkirakan bakal memperluas pasokan gas ke Asia Tengah hingga 10-15 miliar meter kubik dalam beberapa tahun mendatang. Para ahli memperkirakan Rusia juga kemungkinan akan mempertimbangkan kembali untuk menjajaki rute jaringan pipa gas ke India. Sementara, pasokan gas ke China melalui jaringan pipa Power of Siberia dapat melampaui kapasitas desain 38 miliar meter kubik pada tahun 2025.

“Pekerjaan sedang berlangsung dengan Kazakhstan dan Uzbekistan untuk meningkatkan kapasitas produksi jaringan pipa gas Asia Tengah-Tengah menggunakan teknologi aliran balik. Potensi peningkatan dapat mencapai 10-12 miliar meter kubik per tahun,” kata Wakil Kepala Dana Keamanan Energi Nasional Alexey Grivach seperti dilansir kantor berita Rusia TASS, Kamis (9/1/2025).

Analis Finam Sergey Kaufman memperkirakan peningkatan tersebut dapat mencapai 12-15 miliar meter kubik per tahun. Rusia juga akan meningkatkan ekspor gas pipa ke China. Gazprom telah mencapai volume pasokan tahunan maksimum melalui pipa Power of Siberia lebih cepat dari jadwal dan menandatangani perjanjian tambahan dengan mitra China.

Hasilnya, jelas Direktur Penelitian Implementa Maria Belova, ekspor gas Rusia melalui rute ini dapat melampaui target 38 miliar meter kubik pada tahun 2025. Selain itu, pengiriman gas melalui rute Timur Jauh diharapkan pada tahun 2027, yang akan meningkatkan total volume gas yang dipasok ke China menjadi 48 miliar meter kubik.

Rusia juga tengah mempertimbangkan dua rute pipa gas baru ke China: Power of Siberia-2, yang melintasi Mongolia, untuk memasok 50 miliar meter kubik, dan pipa melalui wilayah Kazakhstan untuk mengirimkan 45 miliar meter kubik. Para ahli menilai Power of Siberia-2 sebagai opsi yang lebih berkembang dan lebih disukai, karena akan memungkinkan gasifikasi kota-kota besar Siberia dan memasok wilayah metropolitan utama China dengan sistem konsumsi yang canggih.

Sementara itu, pembangunan jaringan pipa gas dari Iran ke India melalui Pakistan pertama kali diusulkan pada tahun 1996. Kemudian, Rusia menandatangani nota kesepahaman dengan Iran dan Pakistan, yang menunjukkan niat kedua belah pihak untuk mendukung proyek pembangunan jaringan pipa gas Iran-Pakistan-India sepanjang 1.200 kilometer. Gazprom juga diharapkan untuk berpartisipasi. Namun, pada tahun 2021, perusahaan induk Rusia tersebut mengumumkan bahwa mereka tidak berencana untuk membangun jaringan pipa ke India karena biaya proyek yang tinggi.

Menurut Belova, studi tentang desain jaringan pipa mengungkapkan bahwa semua opsi yang diusulkan tidak layak secara komersial. Namun, imbuh dia, iklim geopolitik saat ini dapat membawa argumen tambahan yang mendukung pengejaran arah ini. “Mengenai India, beberapa pekerjaan awal sedang berlangsung, tetapi pasar India belum secara resmi menjadi bagian dari diskusi tentang transit melalui Iran. Tahapannya masih cukup awal,” tegas Grivach.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *