Tiket Pesawat Mahal, Kemenparekraf Dorong KAI Tambah Kapasitas Perjalanan



loading…

Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Dwi Marhen Yono. FOTO/Ist

JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong PT Kereta Api Indonesia ( KAI ) menambah kapasitas perjalanannya. Hal ini untuk mengejar target perjalanan wisata sepanjang tahun 2024 yang mencapai 1,2 miliar perjalanan.

Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Dwi Marhen Yono mengatakan, per September 2024 total perjalanan wisata baru mencapai 754.000 perjalanan dari target 1,2 miliar sepanjang tahun 2024. Saat ini, kata dia, pesawat terbang punya porsi paling besar pilihan moda transportasi umum masyarakat melakukan perjalanan wisata.

Sebesar 12% dari total perjalanan wisata yang mencapai 754.000 perjalanan adalah menggunakan pesawat terbang, sedangkan kereta api baru memiliki porsi 9%. Dengan isu tiket pesawat yang agak mahal, kata dia, Kemenpar mendorong kereta api menambah kapasitasnya.

“Sebab yang naik pesawat dari 754.000 itu 12%, yang naik kereta baru 9%, karena di luar Jawa belum ada kereta,” kata Dwi Marhen pada acara KAI Expo 2024, Sabtu (16/11/2024).

Dwi menargetkan, porsi perjalanan wisata menggunakan kereta api bisa meningkat dari 9% menjadi 12%. Hal ini dapat dilakukan salah satu caranya dengan meningkatkan kapasitas perjalanan dan harga yang tiket yang kompetitif. “Kami berharap dari 754.000 itu sebanyak 12% naik kereta, ini tantangan dari KAI sekaligus peluang,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Dwi menjelaskan jika harga tiket pesawat bisa turun paling tidak seperti harga sebelum pandemi, maka diperkirakan jumlah perjalanan wisata bisa naik hingga 30% dibandingkan tahun 2023.

“Kita sudah membuat kajian, kalau tiket ini relatif terjangkau seperti pre covid, itu kira-kira bisa meningkat 10% lagi pergerakan ini, kalau sekarang kan ada peningkatan 20%, kalau tiket turun itu pasti bisa 30% kenaikan kita. Karena (tiket mahal) orang menahan diri,” tuturnya.

“Harus turun sama seperti sebelum pandemi, kalau kita ke Bali sekarang Rp1,4 juta, sebelum pandemi kan cuma Rp700.000. Kalau harganya sama seperti sebelum pandemi kita bisa naik 10%,” tandas Dwi.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *